Ada
sebuah pepatah mengatakan “Harapan guntur di langit, air di tempayan
dicurahkan”. Pepatah tadi memberikan kita pelajaran bahwa jangan
berharap kepada sesuatu yang belum pasti.
Negeri ini banyak ditinggali oleh mereka
yang terlalu banyak bermimpi. Mimpi itu sah-sah saja, tapi kalau mimpi
di siang bolong, terus ada yang basah di area titik-titik, itu sama saja
seperti jomblo yang mengkhayalkan 72 bidadari. Ketimbang susah-susah nyari di dunia, ia pun memutuskan untuk menjadi “penganten” sambil membawa panci.
Saat Raja Salman berencana untuk berlibur
ke Indonesia, kaum bumi datar mulai merangkai sebuah skenario hasil
fantasi mereka. Dibuatlah cerita fiksi seputar investasi ratusan
triliun, bahkan ada yang sampai seribu triliun. Dibubuhilah embel-embel
“ganyang China”, “ganyang PKI”, dan frase-frase lainnya sekitar itu.
Hoax itu seperti gatal. Enak sekali
digaruk. Makin kalap seseorang menggaruk gatal, makin nikmat rasanya.
Hingga, ia tersadar bahwa garukan tersebut membuat kulit rusak,
berdarah, sampai-sampai korengan.
Bagi kaum bumi datar, hoax bagaikan
oksigen yang tanpanya mereka bisa mati. Berita tentang investasi
besar-besaran Saudi di Indonesia, digoreng lagi dengan isu ganyang China
dan komunis, itu semua tidak masuk akal. Arab nyata-nyata sedang
mengalami krisis keuangan. Mereka sedang bermesraan dengan China, agar
China bisa menanam modalnya di Saudi.
Lalu. Cerita fiksi itu pun berlanjut. Ke
sebuah bagian yang paling menggelikan. Kaum bumi datar mengatakan bahwa
Raja Salman akan mengundang Habib Rizieq, Imam Besar Umat Islam
Indonesia. Dibubuhilah teriakan “takbir”, sebagai penegasannya.
Lalu. Beramai-ramailah mereka menulis
takbir, amiin, dan sederet puja juga puji untuk imam kesayangan mereka.
Tidak ketinggalan rangkaian like dan share menunjuk ke sebuah bilangan yang tak masuk di akal. Itu manusia atau sejenis “keledai” yang telah kehilangan nalarnya?
Fantasi semacam itu memang sengaja dibuat.
Mungkin itu untuk menutupi rasa malu mereka bahwa sesuai jadwal, Ahok
yang merupakan penista agama, akan mengawal Raja Salman beserta
Presiden. Ini tidak boleh terjadi, meski pasti bakal terjadi. Itulah
sebabnya, berbagai macam fantasi dibuat, agar umat tetap melangkah di
jalan yang sesat.
Ternyata oh ternyata. Rangkaian skenario
apik nan cantik, hanya lah sebuah fatamorgana. Imam kecintaan mereka,
ternyata, tidak pernah diundang oleh Raja Salman. Malah kedubes Arab
Saudi menegaskan bahwa tidak ada pertemuan antara Raja Salman dengan
Habib Rizieq.
Menyedihkan bukan? Tapi, begitulah hidup.
Jangan terlalu mengharap guntur di langit, hingga akhirnya, tempayan pun
dicurahkan. Mimpi boleh indah, tapi kenyataan selalu pahit untuk
dihadapi.
Syukurnya. Habib Rizieq tetap diundang untuk menghadiri pidato Raja Salman di gedung DPR RI. Sayangnya, yang ngundang Rizieq adalah DPR RI. Itu pun cuma mendengarkan pidato.
Tapi setidaknya. Rizieq sudah diberi
kesempatan untuk melihat Raja Salman, meski belum juga bisa bersalaman.
Malahan, “sang penista” telah lebih dulu salaman dengan Raja Salman.
Ini benar-benar penghinaan. Wujud suci yang mampu mengumpulkan 7 juta umat islam di Monas,
masa enggak dikasih prioritas utama untuk bersalaman dengan Raja. Secara, Rizieq kan Habib, keturunan Nabi yang dicintai. Tapi, mengapa “sang penista” salaman duluan? Ahok siapa? China lagi kafir. Tapi mengapa?
Dan parahnya lagi. Menteri Agama telah
memastikan bahwa ormas Islam seperti FPI dan FUI tidak akan diundang
untuk bertemua Raja Salman. Yang diundang hanya MUI, NU dan
Muhammadiyah.
Ini benar-benar penghinaan akbar yang
pernah terjadi di muka bumi bagi FPI dan ormas garis cingkrang. Padahal,
kunci surga mereka yang jaga. Stiker kafir mereka yang punya. Hak
membubarkan kesesatan hanya mereka yang berhak. Seharusnya, mereka yang
lebih berhak bertemu Raja Salman empat mata.
Saya cuma bisa berbagi saran kepada Rizieq
dan FPInya, agar bersabar menghadapi ketidak-adilan ini. Allah pasti
mengganjar berkali-kali lipat atas kesabaran seorang hamba yang
dikacangin oleh seorang raja. Itu hanya seorang raja dunia Bib. Sedang
Allah adalah Raja di Raja.
Komentar
Posting Komentar