Kedatangan raja Arab Saudi, Raja Salman
bin Abdul Azis, yang sangat dihormati umat Islam seluruh dunia, ke tanah
Indonesia nampaknya cukup membuat pemerintah RI kerepotan. Tapi nggak
masalah, kerepotan tersebut sama dengan repotnya orang tua saat
menyelenggarakan resepsi pernikahan anaknya yang meskipun melelahkan dan
menghabiskan banyak biaya, semua dijalani dengan senang hati dan penuh
kegembiraan.
Melalui informasi dari berbagai media,
pemerintah terlihat nampak menikmati setiap proses tersebut. Itu terjadi
karena pemerintah kita yakin, bahwa kelelahan Paskhas TNI AU dan
pasukan Khusus lainnya mengamankan bandara, kesibukan Korp Lalu Lintas
POLRI merekayasa arus lalu lintas dan beragam kesibukan lainnya akan
sepadan dengan hasil yang nanti akan diperoleh Republik Indonesia, di
mana kemungkinan besar juga akan dinikmati oleh anak bangsa Indonesia
ini. Cepat atau lambat, kerepotan tersebut akan turut berperan serta
menuntun jalan bagi masa depan bangsa Indonesia.
Itu adalah target jangka panjang,
sedangkan keuntungan jangka pendeknya-salah satunya- bagi Indonesia
terutama Bali yakni langsung menerima uang dari Raja Salman beserta
rombongan.
Di luar itu semua, saya juga berharap
kedatangan Raja Salman akan membawa pengaruh positif bagi kelompok anti
Presiden Jokowi terutama yang kerap menyalahkan langkah Jokowi. Saya
berharap mereka akan segera insaf dari perbuatan. Misalnya ketika
Presiden dirisak oleh mereka saat Presiden menunaikan ibadah Salat
dengan tetap mengenakan kaus kaki. Nyatanya, Raja Salman justru
“menantang” mereka untuk juga merisaknya sebagaimana mereka merisak
Presiden. Raja Salman menunaikan salat bukan hanya mengenakan kaus kaki,
melainkan lebih dari itu, mengenakan sepatu. Dan sampai sekarang belum
terdengar suara yang berani merisak Raja Salman sekeras ketika merisak
seorang Presiden.
Untuk itulah sebaiknya kelompok Anti
Jokowi segera Insaf karena segala fitnah dan celaan yang mereka
lontarkan pada presiden hanyalah fitnah penuh kedengkian. Raja Salman
telah menunjukkan pada rakyat Indonesia bahwa tidak ada yang salah
dengan apa yang dilakukan Presiden. Raja Salman telah menunjukkan bahwa
boleh saja salat pakai kaus kaki, bahkan pakai sepatu pun boleh.
Semua itu membuat kelompok Anti Jokowi
mendadak senyap berjamaah. Mereka tidak menduga bahwa Kedatangan Raja
Salman justru mengKO kelompok Anti Jokowi.
Banyak peristiwa yang menunjukkan bahwa
Raja Salman telah mematahkan kebohongan-kebohongan yang disebarkan oleh
kelompok Anti Jokowi. Ini adalah kegembiraan bagi para pecinta negeri,
paling tidak kita bisa senyum-senyum menyaksikan kelompok Anti Jokowi
hanya bisa mengumpat dalam hati menyaksikan kenyataan takdir yang tidak
berpihak pada mereka.
Di bawah ini merupakan beberapa langkah
yang dilakukan pemerintah yang dianggap salah oleh kelompok anti Jokowi,
namun justru dilakukan oleh Raja Salman.
Pemerintah Jokowi bekerja sama dengan Cina, otomatis Membuat RI Ketularan Komunis
Inilah isu yang digemari kelompok Anti
Jokowi. Karena kerjasama dengan Tiongkok, mereka menuduh Jokowi itu
antek Tiongkok. Lalu karena Tiongkok itu komunis maka otomatis, Negara
Pancasila ini tiba-tiba ketularan menjadi negara komunis.
Fitnah itu tentu saja itu tidak masuk akal. Masak iya, gara-gara beli HP China, pemiliknya otomatis menjadi Komunis.
Meskipun demikian, mereka tetap saja akan
terus memfitnah pemerintahan Jokowi telah ketularan ideologi komunis
Tiongkok. Karena memang hanya itu yang bisa mereka lakukan memfitnah dan
memfitnah.
Nah, berbarengan dengan kedatangan Raja
Arab, tersiar kabar, bukan hanya Republik Indonesia yang bekerja sama
dengan Tiongkok, melainkan Kerajaan Islam Arab Saudi juga melakukan hal
yang sama. pada tahun 2015, Kerajaan Arab Saudi juga bekerja sama dengan
Tiongkok. Bahkan, Tiongkok tercatat sebagai mitra dagang terbesar Arab
Saudi dengan nilai mencapai US$ 51,83 miliar atau setara dengan 712
Triliun Rupiah. sumber
Sementara itu, nilai perdagangan antara
Arab Saudi dan Indonesia jauh di bawah Arab Saudi dan Tiongkok, yakni
masih di bawah 10 miliar dollar Amerika serikat.
Kenyataan ini tentu membuat gerombolan
Anti Jokowi megap-megap, bagaimana mungkin Kerajaan Islam Arab Saudi
bekerja sama dengan Tiongkok yang komunis.
Mereka seharusnya curiga, jangan-jangan Arab Saudi juga ketularan Komunis.
Apakah Arab Saudi otomatis menjadi komunis ? Silakan gerombolan Anti Jokowi, cari bukti di Arab Saudi sana.
Informasi ini seharusnya membuat mereka
segera insaf dan menghentikan fitnah komunis terhadap Jokowi, namun saya
tidak yakin, sebab kesombongan mereka telah membutakan mata hati untuk
melihat kebenaran.
Densus 88 itu Anti Islam ?
Detasemen khusus 88 (Densus 88) merupakan
satuan khusus POLRI untuk penanggulangan terorisme di Indonesia. Dalam
aksinya, anggota Densus terpaksa melakukan penyergapan dan penyerangan
bersenjata terhadap mereka yang diduga terlibat terorisme yang berupaya
untuk menggerogoti keamanan di Republik Indonesia.
Para terduga teroris tersebut ada yang
ditangkap hidup-hidup, namun tak jarang ada juga yang terpaksa
dilumpuhkan dengan senjata. Dalam kesehariannya, para terduga teroris
tersebut kerap berpenampilan menyerupai agama tertentu, mereka bertindak
seperti tokoh agama. Akibatnya, stigma yang muncul di kalangan
gerombolan Anti Jokowi, Densus 88 dituduh memusuhi umat beragama Islam.
Meskipun berusaha keras menjelaskan, bahwa
yang dimusuhi Densus 88 itu bukan Islam, melainkan oknum teroris. Akan
tetapi percuma saja, gerombolan Anti Jokowi tetap keukeuh meyakini bahwa
Densus 88 itu menzalimi umat Islam.
Mungkin atas alasan itulah, Raja Salman
terpaksa harus turun tangan membantu Densus 88 menjelaskan kepada umat
Islam Indonesia bahwa Densus 88 itu sama sekali tidak anti terhadap
Islam. Caranya adalah dengan memberikan hadiah naik haji gratis bagi
keluarga Densus 88 yang terluka hingga tewas saat bertugas. sumber
Arab Saudi bahkan menganggap bahwa anggota
Densus 88 yang meninggal dunia itu dianggap syuhada. Kabar ini
pastinya sangat menggembirakan anggota Densus 88, mereka bisa lebih
bersemangat untuk berjihad. Sayangnya, di seberang sana, orang-orang
yang tergabung dalam kelompok Anti Jokowi terpaksa gigit jari, karena
bahan fitnah anti Islam yang sering mereka lontarkan Densus 88 sudah
tidak berlaku lagi.
Dan satu lagi kabar yang menyesakkan dada
mereka, KAPOLRI baru saja menerima pedang emas dari Raja Arab Saudi.
Pedang tersebut merupakan simbol agar Republik Indonesia dan Arab Saudi
bisa saling menjaga keamanan dan pertahanan negara. Ini seolah merupakan
harapan dari kerajaan Arab Saudi agar POLRI tidak ragu dalam menegakkan
hukum terhadap para pelanggar hukum termasuk ormas radikal.
Dua hal tersebut di atas menambah lagi kabar buruk bagi gerombolan Anti Jokowi. Mau tidak mau, untuk sementara mereka terpaksa tiarap dulu, menunggu Raja Salman kembali ke Arab Saudi. Setelah Raja Salman kembali ke Arab Saudi, mudah-mudahan mereka segera insaf dan tobat.
Komentar
Posting Komentar