Langsung ke konten utama

Kasihan, Pengurus Mesjid Ini Dipecat Secara Tidak Hormat Karena Dukung Ahok


Beberapa hari yang lalu, di media sosial dihebohkan dengan beredarnya sebuah surat pemecatan terhadap seorang pengurus Mesjid Darussalam yang merupakan pendukung Ahok di wilayah RT 06 RW 02, Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Surat Pemecatan Pengurus Mesjid Pendukung Ahok
Setelah kasus ini heboh, maka pendukung Anies-Sandi langsung “bereaksi” dengan mengatakan bahwa berita ini adalah berita hoax, berita fitnah untuk menyudutkan paslon Anies-Sandi.
Bagi pendukung Anies-Sandi yang mengatakan Surat pemecatan tersebut adalah berita hoax, berita fitnah dan alasan lainnya, berikut saya share video pengakuan pengurus mesjid pendukung Ahok yang dipecat secara tidak hormat tersebut :
Pendukung Anies-Sandi masih berani ngeles ???
Fakta kasus pemecatan pengurus mesjid pendukung Ahok
Pak Rasyidin Nawi, 68 tahun, dipecat dari jabatannya sebagai pembina Masjid Darussalam, di RT 06 RW 02 Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. “Saya dipaksa untuk bikin surat pengunduran diri,” kata Rasyidin seperti yang dimuat dalam media nasional ini.
Pak Rasyidin mengatakan dia dipecat karena mendukung pasangan calon Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat. Pemecatan itu, kata dia, terjadi setelah pengurus masjid mengadakan rapat kerja di Puncak, Bogor, Jawa Barat, beberapa waktu lalu. “Raker di Bogor, akhirnya kesepakatannya itu saya dipecat,” kata dia seperti yang dilansir oleh media nasional ini.
Pak Rasyidin membenarkan bahwa beliau mendukung Ahok-Djarot dan menjadi koordinator Kelurahan Pondok Indah dan Pondok Pinang untuk pemenangan Ahok. Beliau mendukung Ahok sejak masih menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta yang mendampingi Joko Widodo. “Kinerjanya bagus, bersih, berani menutup tempat maksiat. Coba itu di Kalijodo, orang muslim waktu gubernur muslim pada diam saja,” ujar beliau seperti yang dilansir dalam media nasional ini.
Sejak pemecatan pada 4 Februari 2017, Rasyidin tidak lagi shalat di masjid itu, dan memilih untuk mengunjungi masjid di wilayah lain. Padahal, Rasyidin merupakan ahli waris Masjid Darussalam yang dibangun pada 1918. Meski begitu, Rasyidin menegaskan hubungannya dengan para pengurus masjid itu kini masih baik. “Baik. Saya mundur, enggak salat lagi di sana karena orang (pendukung) Ahok tidak boleh shalat di sana,” ujar beliau seperti yang termuat dalam media nasional ini.
Ketua Umum Pengurus Masjid Darussalam Abdul Ghafur membenarkan postingan foto tersebut. Abdul Ghafur juga membenarkan telah memecat Rasyidin Nawi yang sebelumnya menjabat sebagai pembina Masjid Darussalam, Pondok Pinang, Jakarta Selatan. Dia mengungkapkan, pemecatan tersebut dilakukan pada Februari 2017 bertepatan dengan keluarnya surat keputusan pemecatan terhadap Rasyidin. Surat tersebut, ujar dia, disepakati dalam rapat kerja para pengurus Masjid Darussalam di Bogor, Jawa Barat.
Menurut Abdul Ghafur, keputusan Rasyidin untuk mendukung pasangan calon nomor dua itu bertentangan dengan kesepakatan para pengurus mesjid. Padahal, menurut dia, Rasyidin sudah diperingatkan beberapa kali terkait dengan kesepakatan agar memilih pemimpin muslim. “Itu konsekuensi sebagai pengurus,” kata Ghafur saat ditemui di kediamannya, di Jalan Pondok Pinang III, Jakarta Selatan seperti yang dimuat dalam media nasioanl ini.
Ghafur menambahkan, sikap dukungan politik Rasyidin ditunjukkan secara terang-terangan. Bahkan, dia mengklaim bahwa Rasyidin sudah mengikrarkan diri dengan memakai baju kampanye Ahok-Djarot. Juga ikut menggalang massa. “Padahal dia orang yang ditokohkan. Dia itu sebagai penasihat mesjid,” kata Ghafur seperti yang dikutip dalam media nasional ini.
Setelah membaca kisah nyata yang terjadi di atas, penulis jadi berpikir :
  • Sungguh mengerikan. Hal ini terjadi di depan mata kita sendiri bahkan di kampung kita sendiri.
  • Pak Rasyidin Nawi yang sudah berusia 68 tahun saja berani dipecat secara tidak hormat dari jabatannya sebagai pembina Masjid Darussalam, di RT 06 RW 02 Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan oleh mereka, apalagi kita yang masih muda dan bukan siapa-siapa ??
  • Sebelum pilkada saja, mereka sudah berani “kurang ajar” kepada sesepuh mesjid ??? Apalagi setelah Pilkada nanti ???
  • Pak Rasyidin Nawi yang merupakan ahli waris mesjid saja “diusir” dari mesjid tersebut, apalagi orang lain ???
Jika sudah demikian, perkenankan Penulis bertanya beberapa hal kepada Anies-Sandi :
  • Benarkah jika Anies-Sandi menang, pengurus mesjid pendukung Ahok akan dipecat seperti kasus Pak Rasyidin di atas ???
  • Benarkah jika Anies-Sandi menang, pengurus mesjid pendukung Ahok akan “diusir” seperti kasus Pak Rasyidin di atas ???
  • Benarkah jika Anies-Sandi menang, jenazah pendukung Ahok tidak diurus oleh pengurus mesjid setempat seperti kasus almarhumah nenek Hindun di kawasan karet, setia budi yang sempat heboh beberapa hari yang lalu ???
  • Benarkah jika Anies-Sandi menang, jenazah pendukung Ahok akan diurus setelan keluarganya “dipaksa” menandatangani surat dukung Anies-Sandi seperti kasus keluarga Pak Yoyo dalam tulisan saya sebelumnya di https://seword.com/politik/kasihan-warga-ini-dipaksa-milih-anies-sandi-agar-jenazah-keluarganya-diurus ???
Wow, penulis tidak bisa membayangkannya…
Sungguh mengerikan jika hal itu benar-benar terjadi…
Masihkah kita percaya dengan “mulut manis” yang pandai “bersandiwara” dengan santunya mengatakan akan merajut tenun kebangsaan tapi pendukungnya sudah merusak persatuan dan kesatuan sesama anak bangsa di Indonesia ???
Apakah kita mau hal itu terjadi di Ibukota negara Indonesia (Jakarta) yang kita cintai ini ???
Sungguh mengerikan melihat orang yang mengklaim dirinya “agamis” tapi kelakuannya “komunis” yang menghalalkan segala cara demi kepentingan politik duniawi tapi malah teriak anti komunis ???
Kalian WARAS ???

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KH Said Aqil Siroj dan 14 Organisasi Islam Melarang Ikut Aksi 313 dan Tamasya Al-Maidah

KH Said Aqil Siroj menegaskan 14 Organisasi Islam yang tergabung dalam LPOI (Lembaga Persahabatan Ormas Islam) melarang anggotanya ikut Aksi 313 di Istiqlal pada hari Jumat 31 Maret 2017. Alasan utama adalah NU sebagai Garda Terdepan Indonesia memandang aksi 313 sarat dengan kepentingan politik semata, hal ini berbahaya bagi Ukhuwah Wathoniyah (Kerukunan Berbangsa), bukan semata Aksi yang urgent dan penting untuk dilakukan. Secara tegas KH Said mengatakan bahwa urusan Pilkada ini tidak perlu bawa-bawa Agama, karena rentetan akan sangat panjang dan rawan ditunggangi kepentingan yang merugikan bagi Kebangsaan. “Jika Aksi ini membawa Allah berkampanye, apa yang akan terjadi jika ternyata yang mengatasnamakan Allah tadi kalah? Atau menang tapi akhirnya tidak amanah?” Hal ini akan sangat berbahaya jika dibiarkan, oleh sebab itu secara tegas NU dan 13 Organisasi yang tergabung dalam LPOI secara tegas menolak Aksi 313. Selain menolak Aksi 313, Kiai Said juga menolak s...

Fenomena Kaum SCBD (Sesapian-Cingkrangan-Bumi Datar)

By Apriadi Rizal Jadi gini, SCBD yang ini bukanlah Sudirman Central Business District yaitu kawasan terkenal dan mewah ditengah jantung ibukota. SCBD disini adalah mereka yang sangat mengharubirukan dunia Indonesia. Mereka adalah kaum yang selalu komen nyinyir kepada pemerintah yang sedang sibuk membangun negeri.  Mereka jugalah yang setiap hari membuat keonaran dengan alasan agama. You know lah! Cikidap, cikidap youw. (Habis goyang dengan lagu hip-hop) Jujur saya sendiri kurang tahu jelasnya mengenai sejarah tentang frase sesapian, cingkrangan, dan kaum bumi datar. Kapan mulai malang melintang didunia permediaan Indonesia. Kalau ada pembaca atau penulis lain yang bisa merangkumnya, akan sangat keren sekali. Karena akan menjadi salah satu bacaan yang sangat berguna bagi sejarah bangsa ini. Kenapa berguna? Pastinya menjadi rujukan kepada siapa saja manusia yang ingin maju. Rujukan untuk apa? Pastinya rujukan u...

TREN TERBARU KAUM INTOLERAN, HOAX MENJADI SARANA DAKWAH

Sungguh sekarang ini benar salah sulit dibedakan. Berita aktual dan hoax campur aduk menjadi satu. Yang terbaru adalah kasus orang yang katanya pendukung Ahok yang dikeroyok 10 orang anggota FPI. Katanya orang ini adalah kader PDIP. Ahok sendiri kemudian menjenguk orang tersebut di rumah sakit. Tapi ada juga berita yang mengatakan bahwa orang tersebut adalah seorang tukang ojek dan muslim yang taat. Tapi Novel bukan habib pencipta Fitsa Hats malah mengatakan bahwa itu hanyalah perkelahian satu lawan satu saja bukan pengeroyokan. Saat terbukti ada saksi mata kemudian FPI ngeles dan membantah bahwa pemukulan itu dilakukan oleh oknum yang bukan anggotanya. Anehnya, kemudian beredar foto si korban yang ternyata justru mendukung FPI dan anti Ahok. Dia upload foto sedang membawa pedang untuk mendukung Bibib dan melawan Ahok. Edannya lagi kemudian beredar foto tentang anggota FPI yang berdarah-darah yang katanya adalah orang yang terlibat dalam perkelahian itu. Tapi tern...