Langsung ke konten utama

Dhani Harus Paham Sila Pertama, Sebelum Menggunakannya

By on Politik
sumber: kapanlagi.com
Ahmad Dhani sang Presiden Republik Cinta kembali berulah, setelah diduga terlibat dalam kasus makar beberapa waktu lalu kini Dhani kembali berulah dengan melontarkan cuitan di media sosial (medsos) twitter. Cuitan tersebut dianggap menghina pendukung pasangan calon (paslon) Gubernur DKI Jakarta yang lolos putaran kedua Basuki Tjhajaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat (suara.com, 2017).

Meski dalam cuitan tersebut tidak disebutakan langsung nama paslon nomor urut dua tersebut, namun pendukung Ahok-Djarot yakin bahwa yang dimaksud oleh Dhani adalah Ahok. Ini dikarenakan Dhani menulis “penista agama jadi gubernur”, yang dianggap secara tersirat mengarah pada Ahok.. Dalam cuitannya tersebut Dhani menilai para pendukung Ahok-Djarot dianggap tidak waras, karena mendukung Ahok yang menjadi terdakwa penista agama (citypost.id, 2017).

Dhani juga menyinggung sila pertama dari ideologi Pancasila dalam cuitannya itu, ia mengutarakan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa tapi penista agama jadi gubernur. Dhani menganggap bahwa pendukung Ahok-Djarot harusnya melihat dan menyadari sila pertama, dan setelah itu jangan memilih penista agama tersebut. Cuitan Dhani ini hanya baik menurut prespektif pribadinya, dan mungkin merupakan ungkapan sakit hatinya terhadap Ahok sang penista agama. Itu hal yang wajar dan manusiawi namun saran saya jika Dhani itu memang ingin menyampaikan hal tersebut baiknya jangan melalui cuitan di medsos saja, akan tetapi bisa langsung diutarakan kepada para pendukung Ahok-Djarot.

Terkait singunggannya mengenai sila pertama, saya kurang sepakat dengan sang Presiden Republik Cinta tersebut. Dalam sila pertama para pendiri bangsa menggunakan kata “Ketuhanan” dan bukan mengunakan kata “Keagamaan”. Menurut saya secara pribadi Ketuhanan dan Keagamaan adalah dua hal yang berbeda. Jika kita berbicara Tuhan, Ia adalah yang menciptakan seisi bumi dan seluruh alam raya ini. Agama adalah salah satu produk yang diturunkan oleh Tuhan kepada salah satu ciptaan Tuhan yang diberi akal melebihi mahluk lainnya, yaitu manusia. Menurut konsep agama-agama samawi (Yahudi, Nasrani, dan Islam) agama diturunkan Tuhan melalui wahyu kepada manusia yang dipilihnya yaitu Nabi dan Rasul. Agama diturunkan Tuhan untuk mengatur umat-Nya, dan untuk mendekatkan mahluk dengan Sang Khalik.

Dalam konsep sila pertama tentang Ketuhanan, menurut saya Dhani keliru dalam memahami sila tersebut. DR.Ir. Soekarno (Bung Karno) yang merupakan penggali dari pancasila tersebut dan juga peletak dasar negara Pancasila tersebut sangat dalam mengali Pancasila. Bahkan menurut saya Pancasila itu digali oleh Bung Karno pada masa manusia di bumi Nusantara ini belum mengenal agama yang diimport dari luar melalui asimilasi budaya.

Dalam buku Filsafat Pancasila Menurut Bung Karno beliau berkata ada sekelompok kalangan Islam yang mengatakan bahwa beliau menggali Pancasila itu kurang dalam, jika beliau menggali lebih dalam beliau akan menemukan galiannya itu adalah Islam. Namun Bung Karno membantah hal tersebut, dan beliau menegaskan beliau adalah seorang Islam. Bung Karno menggali Pancasila dari dalam jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia (Ir.Soekarno, 2016).

Dalam menggali Pancasila Bung Karno telah menggali sangat dalam, bahkan beliau menggali sampai pada masa sebelum manusia di atas bumi Nusantara belum mengenal agama atau masa pra-Hindu. Bung Karno menggali mulai dari manusia masih mengagumi alam, dan menjadikan alam sebagai pusat penyembahan. Bung Karno menggali Pancasila dari zaman pra Hindu-Budha atau pra sejarah di Indonesia, dari sejak manusia masih tinggal di gua-gua dan hidup dengan cara berburu hingga ajaran agama-agama Samawi masuk ke Nusantara. Zaman ketika manusia mewujudkan Tuhan dalam bentuk alam sebagai pusat pnyembahan, lalau benda-benda tertentu, perwujudan manusia, hingga manusia menggap Tuhan itu adalah suatu Zat yang tidak kelihatan atau Tuhan dalam sebuah ide dalam fikiran manusia (Ir.Soekarno, 2016).

Jadi jelas Ketuhanan dalam sila pertama telah ada sebelum manusia di bumi Nusantara mengenal agama-agama modern seperti yang sekarang kita kenal. Bangsa Indonesia telah melaksanakan praktek Ketuhanan dengan membuat baginya suatu objek untuk disemba dan dipuji dan merupakan wujud dari Tuhan itu sendiri, hal ini masih dilakukan hingga saat ini oleh suku-suku tertentu di Indonesia.

Jadi jika Ahmad Dhani beragapan bahwa Ketuhanan dengan Keagamaan adalah sama, saya kurang setuju dengan pendapatnya. Namun jika dikatakan Keagamaan itu turunan dari Ketuhanan yang ada pada sila pertama, saya sependapat. Dhani mengatakan penista agama melanggar sila pertama, namun apa yang dia lakukan secara tidak disadari mungkin mengancam sila ketiga. Sila ketiga yang sangat dijunjung di negara kita sama seperti keempat sila lainnya yaitu “persatuan Indonesia”.

Jadi baiknya sang Presiden Republik Cinta tersebut dan juga tokoh-tokoh publik lainnya bisa mengendalikan diri dan tetap menjaga persatuan, dan jangan justru menjadi penyebab konflik yang mengancam kesatuan dan persatuan bangsa. Untuk para pendukung Ahok-Djarot ataupun Anis-Sandi, bolehlah kita mencintai paslon yang kita usung, tapi harus tetap ingat kita harus lebih mencintai bangsa dan negara kita Indonesia tercinta. Siapapun yang menjadi Gubernur DKI Jakarta, dia adalah pilihan warga Jakarta dan kita harus sama-sama mendukung. Namun jika mereka melakukan hal yang menyakiti hati rakyat, ayo kita sama-sama mengungat mereka untuk diturunkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

1.362 MW Pembangkit dari Proyek 35.000 MW Sudah Beroperasi

Program 35.000 Mega Watt (MW) yang dicanangkan oleh pemerintah terus menunjukkan perkembangan. Hingga 1 Februari 2018, tercatat pembangkit listik yang telah beroperasi adalah sebesar 1.362 MW dan yang sedang tahap konstruksi sebesar 17.116 MW. "Peningkatan ini tak lepas dari kontribusi pembangkit listrik PLN maupun Independent Power Producer (IPP)," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi dalam keterangan tertulisnya, Senin (5/3/2018). Baca juga:  Bagaimana Progres 35.000 MW Jokowi? Ini Penjelasan PLN Sejauh ini, sebesar 896 MW dari total 1.362 MW yang beroperasi dihasilkan dari IPP, sementara 466 MW dibangun oleh PT PLN (Persero). Pembangkit yang beroperasi tersebar di wilayah Sulawesi dengan total 538 MW, disusul Sumatera 455 MW, Maluku dan Papua 135 MW, Kalimantan 126 MW, sedangkan sisanya tersebar di wilayah Jawa, Bali dan Nusa Tenggara sebesar 108 MW. Lebih lanjut, Agung menambahkan saat ini sebany...

Fenomena Kaum SCBD (Sesapian-Cingkrangan-Bumi Datar)

By Apriadi Rizal Jadi gini, SCBD yang ini bukanlah Sudirman Central Business District yaitu kawasan terkenal dan mewah ditengah jantung ibukota. SCBD disini adalah mereka yang sangat mengharubirukan dunia Indonesia. Mereka adalah kaum yang selalu komen nyinyir kepada pemerintah yang sedang sibuk membangun negeri.  Mereka jugalah yang setiap hari membuat keonaran dengan alasan agama. You know lah! Cikidap, cikidap youw. (Habis goyang dengan lagu hip-hop) Jujur saya sendiri kurang tahu jelasnya mengenai sejarah tentang frase sesapian, cingkrangan, dan kaum bumi datar. Kapan mulai malang melintang didunia permediaan Indonesia. Kalau ada pembaca atau penulis lain yang bisa merangkumnya, akan sangat keren sekali. Karena akan menjadi salah satu bacaan yang sangat berguna bagi sejarah bangsa ini. Kenapa berguna? Pastinya menjadi rujukan kepada siapa saja manusia yang ingin maju. Rujukan untuk apa? Pastinya rujukan u...

TRI KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

Oleh: H. Agus (Jurnalis/Pemerhati Masalah Sosial Budaya dari Dompu, NTB) ================== Tri kerukunan umat beragama merupakan konsep yang digulirkan oleh pemerintah Indonesia dalam upaya menciptakan kehidupan masyarakat antar umat beragama yang rukun. Istilah lainnya adalah "Tri kerukunan". Kemajemukan bangsa Indonesia yang terdiri atas puluhan etnis, budaya, suku, dan agama. Membutuhkan konsep yang memungkinkan terciptanya masyarakat yang damai dan rukun. Dipungkiri atau tidak, perbedaan sangat beresiko pada kecenderungan konflik. Terutama dipacu oleh pihak-pihak yang menginginkan kekacauan di masyarakat. Perbedaan atau kebhinekaan Nusantara tidaklah diciptakan dalam satu waktu saja. Proses perjalanan manusia di muka bumi Indonesia dengan wilayah yang luas menciptakan keberagaman suku dan etnis manusia. Maka lahir pula sekian puluh kepercayaan dan agama yang berkembang di setiap suku-suku di Indonesia. Kebijakan Pemerintah Pemerintah sendiri telah menyadari resistensi ko...