Seperti diketahui, Forum Umat Islam (FUI)
bersama dengan beberapa para alumni aksi 212 akan melakukan aksi
lanjutan yang dinamakan aksi 313 pada Jumat, 31 Maret 2017 mendatang. Agendanya masih sama seperti yang dulu, menuntut Ahok mundur. Bahkan
mereka juga rencananya akan menuntut Jokowi memberhentikan Ahok.
Rencananya mereka akan mulai shalat Jumat di Masjid Istiqlal, lalu
dilanjutkan dengan jalan kaki ke Monas dan menuju depan Istana, seperti
yang dikatakan Sekjen FUI Muhammad Al-Khaththath.
Lho, memang kemana GNPF MUI? Bukankah
selama ini mereka yang paling aktif dan rajin melakukan aksi beginian
untuk menghentikan Ahok? Kenapa sekarang FUI yang terkesan jadi
pelopornya? Oh, iya mungkin ini ada hubungannya dengan beberapa pentolan
GNPF MUI yang sedang dilaporkan dan terkena kasus, jadi mungkin tidak
berani terlalu unjuk gigi. Ditakutkan nanti kalau gigi terlalu diunjuk,
bisa-bisa dicopot.
Orang awam sekali pun dengan gampangnya
menebak bahwa aksi ini terkait dengan Ahok. Tuntutan agar Presiden
Jokowi memberhentikan Ahok bukanlah barang baru lagi, melainkan sudah
basi.
Saya jadi heran dengan aksi ini, kayaknya
makin mendekati hari pencoblosan, makin banyak aksi aneh-aneh yang
rasanya seperti kurang kerjaan. Tamasya Al-Maidah, dan sekarang 313.
Kalau saya prediksi mungkin nanti akan ada lagi aksi 411 (bulan 4
tanggal 11), untuk bernostalgia dengan aksi 411 pada 4 November tahun
lalu. Aksi ini juga terlihat jelas sesuai dengan pepatah ‘Dikasih hati
minta jantung’. Saya revisi saja jadi ‘Dikasih hati minta usus’.
Jika dipikirkan, aksi seperti ini tidaklah
berguna, apalagi hanya karena seorang Ahok. Demi satu orang ini, mereka
rela mengerahkan massa sebanyak itu untuk satu tujuan yang sampai
sekarang tidak kesampaian. Saya bahkan berani bertaruh, setelah putaran
kedua usai, takkan ada lagi aksi model begini. Jangan harap. Ini
momennya sangat pas di mana Ahok melaju ke putaran kedua, berstatus
terdakawa, dan non-muslim. Ternyata mereka sudah punya amunisi sehingga
melakukan aksi ini kembali.
Lucunya, mereka mengklaim ini aksi damai.
Khaththath mengatakan, “Pokoknya kita kalau sudah diterima oleh Istana
ada pembicaraan yang baik ya kita pulang.” Inikah aksi damai yang
dimaksud? Saya malah mencium ada sedikit penekanan di sini. Kalau sudah
diterima Istana baru mau pulang? Bagaimana kalau tidak? Apakah tidak
akan pulang dan mogok berhari-hari? Inikah yang dimaksud dengan damai?
Sungguh lucu dan tidak masuk akal. Ini namanya ada unsur pemaksaan.
Saya masih ingat, dulu ketika kasus Ahok
masih panas-panasnya, mereka berkoar-koar supaya Jokowi jangan
melindungi Ahok, jangan mengintervensi proses hukum terhadap Ahok.
Pokoknya jangan sampai ada kesan bahwa Jokowi melindungi Ahok. Nah,
Jokowi menyanggupi itu semua. Bukankah permintaan terhadap Jokowi agar
memberhentikan Ahok termasuk mengintervensi proses hukum? Ahok sedang
diproses dan sedang disidang? Kenapa masih belum puas dan malah meminta
Jokowi ikut campur urusan hukum yang sedang berjalan? Pastinya ini
pemaksaan, dikasih hati minta usus. Awalnya minta Ahok diproses hukum,
sudah dikabulkan. Lalu tidak puas dan menuntut Ahok ditahan. Sekarang
minta Jokowi memberhentikan Ahok. Mau berapa kali meladeni permintaan
aneh-aneh orang ini?
Aksi 313 ini memang dari luar terkesan
ingin unjuk kekuatan karena menyatukan banyak massa. Tapi saya lihat
aksi ini adalah bukti nyata dari ketakutan segelintir orang yang masih
takut dengan Ahok. Logikanya, kalau tidak ada kekhawatiran, nggak perlu
ada lagi aksi-aksi seperti ini. Justru karena tidak yakin, atau bahkan
yakin Ahok makin kuat, dipasanglah amunisi baru buat menembak Ahok,
yaitu aksi 313.
Siapa segelintir orang tersebut? Tentunya
mereka yang tidak suka dengan Ahok, yang takut Ahok kembali menjabat
sebagai Gubernur, yang merasa dunia akan jungkir balik jika Ahok menang.
Tidak perlu saya sebut siapa, karena pembaca pasti sudah tahu. Kita
sebut saja BUNGA, hahahahaha. Saya juga mau lihat sebesar apa aksi 313
ini, lebih besar dari 212 atau malah makin menciut. Berapa juta orang
lagi yang diklaim akan hadir? Aksi 212 katanya saja mencapai 7 juta,
katanya, bukan kata saya. Semoga tidak diklaim 7 miliar orang.
Komentar
Posting Komentar