<>
“Semua orang mengerti situs porno itu berbahaya. Artinya siapa pun tanpa melibatkan pemerintah akan mencegah orang lain mengakses situs porno,” kata Kang Said saat diskusi bertajuk “Media Islam, Demokrasi, dan Gerakan Terorisme: Respon NU Terhadap Situs Radikal” di Gedung PBNU, Jakarta, Jumat (10/4) siang.
Muatan kedua situs ini sejatinya sama, berisi hasutan untuk melakukan sesuatu yang negatif. Hanya bedanya, bahaya situs porno sangat jelas di depan mata. Sedangkan situs radikal mengandung bahaya laten yang tidak banyak orang curiga.
“Pokoknya asal ada ayat al-Quran dan haditsnya, orang langsung termotivasi. Padahal situs radikal itu tidak lain mentransfer konflik di Timur Tengah. Konflik Suni-Syiah diperbesar. Dulu di zaman para kiai sepuh kita masih hidup, tidak konflik karena pertentangan madzhab,” ujar Kang Said.
Kalau diperhatikan, situs-situs radikal justru malah meninggalkan aspek dakwah yang rahmatan lil alamin dan nilai-nilai substansial dalam agama Islam. Muatan pokok ini yang justru dilewatkan situs-situs radikal itu.
Kang Said menegaskan bahwa NU akan menentang kelompok manapun yang membawa konflik di belahan dunia manapun ke Tanah Air Indonesia yang damai. “Sekarang ini, jelas ada pihak ketiga yang mendanani dan mengadu domba sesame warga Indonesia.”
Komentar
Posting Komentar