Wakil Rais
Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Miftachul Achyar mengungkapkan
maraknya penolakan-penolakan terhadap kelompok transnasional seperti Hizbut Tahrir
Indonesia (HTI), Wahabi, Syiah, termasuk Jaulah.
"Kalau
kita runut, kelompok ini adalah kelompok khawarij. Karena mereka menolak
mazhab," ujar dia saat Halaqah Alim Ulama NU yang digelar PWNU Kalimantan
Barat di Ponpes Darul Ulum, Kuburaya, Ahad (30/4)
Kiai Miftah
menilai penolakan tersebut adalah wajar. Ini mengingat kelompok-kelompok
tersebut melawan tradisi dan mazhab di Indonesia. “Ingin membentuk mazhab dan
akidah baru, jadi wajar ditolak," katanya.
Lebih
lanjut, kata Kiai Miftach, penolakan terhadap kelompok transnasional ini
semakin mengental, lantaran kelompok tersebut juga ingin mengubah dasar
negara RI. Dia mengingatkan warga NU agar tidak terseret dalam arus
gerakan-gerakan tersebut.
Dia juga
mengkritik metode dakwah Front Pembela Islam yang identik dengan kekerasan.
Menurutnya, meski amar makruf nahi munkar perlu diupayakan, tapi harus lebih
santun.
"Ini
kritik saya terhadap FPI,” papar dia.
Kiai Miftach
juga menyesalkan para pengurus FPI yang kurang selektif dalam rekruitmen
anggotanya. Sehingga banyak anggota yang masuk berlatarbelakang dendam dan
menunggangi gerakan-gerakan FPI.
"Jadi
banyak anggota FPI berlatar belakang tidak jelas. Sehingga malah menunggangi
dan merusak citra FPI," ujarnya. Kendati demikian, Kiai Miftah mengakui
bahwa secara praktik ibadah dan akidah, FPI serupa dengan NU.
Komentar
Posting Komentar