Pancasila itu jiwa dan raga kita. Ada di aliran darah dan detak jantung kita. Perekat keutuhan bangsa dan negara. Saya Jokowi. Saya Indonesia. Saya Pancasila.
Untaian kalimat ini singkat, lugas, penuh makna. Video ini memang dibuat jelang peringatan Hari Lahir Pancasila, 1 Juni, mendatang. Dan ini sangat relevan sekali dengan kondisi negara ini yang sedang dilanda berbagai isu. Isu-isu yang sedang santer ini memang rentan sekali mengoyak persatuan dan kesatuan bangsa.
Yang paling kontras dengan peringatan Hari Lahir Pancasila adalah tentang masuknya golongan dan organisasi yang menginginkan ideologi khilafah menggantikan Pancasila sebagai dasar negara. Sebetulnya yang seperti ini bukan hanya Hizbut Tahrir Indonesia. Silahkan Anda cek beberapa ormas dan partai Islam yang di beberapa kesempatan tokoh-tokohnya sering sekali mengangkat topik ini.
Profesor Nadirsyah Hosen pernah mengutarakan bahwa ada tiga kekhilafan yang jamak terjadi di masyarakat soal khilafah ini. Benar bahwa dalam sumber-sumber klasik ajaran Islam terdapat pembahasan mengenai kewajiban mengangkat seorang khalifah, imam, atau amir. Namun ini tak berarti bahwa institusi “khilafah” sebagaimana dibayangkan oleh beberapa kelompok Islam wajib ditiru secara sama persis. Kewajiban mengangkat khalifah adalah tentang kewajiban mengangkat pemimpin, yang kehadirannya adalah keniscayaan dalam suatu institusi politik. 3 khilaf itu adalah :
Khilaf yang ketiga ketika khilafah dipahami sebagai satu-satunya solusi bagi seluruh persoalan umat. Khilafah dengan segala macam bentuk dan sistemnya. Padahal khilafah tidak lepas dari beragam persoalan dan kekurangan. Tiga orang khalifah yang merupakan Sahabat Nabi yang utama—Umar, Utsman, dan Ali—meninggal dibunuh. Dua di antaranya bahkan dibunuh oleh sesama umat Islam sendiri. Jadi menyatakan bahwa khilafah yang dimaksud oleh kelompok-kelompok radikal itu sebagai satu-satunya jalan keluar adalah salah.
Saya yakin, seperti halnya video Kaesang soal minta proyek dan keprihatinan atas intoleransi yang terjadi, maka video Presiden Jokowi ini tidak bisa dipandang hanya sekedar memeriahkan Hari Lahir Pancasila semata. Ada pesan besar yang disampaikan Jokowi setelah sebelumnya Ia mengatakan gebuk saja kalau PKI muncul (dan herannya kata gebuk ini juga diprotes oleh mereka yang selama ini sering menakut-nakuti masyarakat dengan isu kebangkitan PKI), sekarang Ia menegaskan dirinya adalah sosok yang dideskripsikan dalam tiga hal : Jokowi, Indonesia, Pancasila. Ini adalah identitas dan harga mati yang disematkan oleh Presiden.
Ia adalah Jokowi, menjadi dirinya sendiri dan bukan boneka siapa-siapa, jangan coba-coba mengendalikannya. Ia Indonesia, bukan antek asing, 100% nasionalis. Ia Pancasila, tidak akan membiarkan siapapun mengusik ideologi negara.
Saya Rahmatika, Presiden saya Jokowi. Saya Indonesia. Saya Pancasila. Kamu?
Komentar
Posting Komentar