Jakarta
– Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid menepis isu munculnya
radikalisme dalam perhelatan Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta lalu.
Menurut Hidayat, isu tersebut sangat menyesatkan dan tak pernah ada.
Isu tersebut, lanjut Hidayat, hanya untuk mendiskreditkan umat Islam, semata-mata demi kepentingan politik sesaat saja.
Hidayat menambahkan, hubungan antara umat Islam dengan Indonesia sudah berjalan harmonis sejak lama. Umat Islam bahkan banyak melakukan pengorbanan demi tetap teguhnya NKRI.
Salah satunya dibuktikan dengan lahirnya revolusi jihad yang dikobarkan KH. Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama.
“Dalam Revolusi Jihad, itu salah satunya dikatakan orang yang mati dalam membela bangsa dan negara maka kematiannya masuk dalam kategori jihad,” kata Hidayat dalam keterangan tertulis saat melakukan sosialisai Empat Pilar MPR di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Sabtu (15/3/2017).
Hidayat mengungkapkan, sejak Revolusi Jihad itulah banyak santri yang berbondong-bondong ikut berjuang melawan Belanda yang hendak menjajah Indonesia lagi. Puncaknya terjadi pada 10 November yang dikenal dengan Hari Pahlawan. Pada hari itu, ribuan santri dan masyarakat Surabaya turut menjadi korban dalam pertempuran melawan Belanda.
“Tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa Islam Indonesia itu radikal. Namun sebaliknya, tidak benar juga kalau ada umat Islam yang hendak melawan dan merusak Indonesia. Karena sejak dulu, antara Islam dan Indonesia sudah saling berhubungan dan tidak terpisahkan,” tutup Hidayat
Hidayat menambahkan, hubungan antara umat Islam dengan Indonesia sudah berjalan harmonis sejak lama. Umat Islam bahkan banyak melakukan pengorbanan demi tetap teguhnya NKRI.
Salah satunya dibuktikan dengan lahirnya revolusi jihad yang dikobarkan KH. Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama.
“Dalam Revolusi Jihad, itu salah satunya dikatakan orang yang mati dalam membela bangsa dan negara maka kematiannya masuk dalam kategori jihad,” kata Hidayat dalam keterangan tertulis saat melakukan sosialisai Empat Pilar MPR di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Sabtu (15/3/2017).
Hidayat mengungkapkan, sejak Revolusi Jihad itulah banyak santri yang berbondong-bondong ikut berjuang melawan Belanda yang hendak menjajah Indonesia lagi. Puncaknya terjadi pada 10 November yang dikenal dengan Hari Pahlawan. Pada hari itu, ribuan santri dan masyarakat Surabaya turut menjadi korban dalam pertempuran melawan Belanda.
“Tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa Islam Indonesia itu radikal. Namun sebaliknya, tidak benar juga kalau ada umat Islam yang hendak melawan dan merusak Indonesia. Karena sejak dulu, antara Islam dan Indonesia sudah saling berhubungan dan tidak terpisahkan,” tutup Hidayat
Komentar
Posting Komentar