Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan BIMP-EAGA merupakan kerja sama subregional di wilayah Asia Tenggara yang mempunyai peran penting dalam pembangunan kerjasama regional.
“Kehadiran BIMP EAGA menyumbang kontribusi dalam mendukung pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN [MEA] dan kerjasama ASEAN pada umumnya,” ujar Darmin pada pertemuan puncak tingkat menteri BIMP EAGA ke-21, di Tarakan, Minggu (3/12/2017).
“Kami melihat kinerja ekonomi BIMP-EAGA yang berkelanjutan, meskipun ada kondisi global dan regional yang menantang,” lanjut Darmin.
Produk domestik bruto (PDB) gabungan BIMP-EAGA tercatat tumbuh sebesar 6,3 persen pada tahun 2016. Adapun purchasing power parity (PPP) pada periode yang sama tercatat sebesar 805 miliar dollar AS. Sementara itu, selama periode 2010 hingga 2016, kedatangan wisatawan di kawasan BIMP-EAGA tumbuh 6,9 persen menjadi 83 juta orang pada tahun 2016. Ini termasuk 4,5 juta orang wisatawan asing.
“Kami kembali menegaskan komitmen untuk mengimplementasikan pengukuran untuk mengakselerasi pertumbuhan perdagangan, investasi, dan pariwisata di BIMP-EAGA,” tutur Darmin.
EAGA berkontribusi terhadap sekitar 17 persen dari total kegiatan ekonomi di BIMP. Selain itu, EAGA juga menyumbang 11,8 persen dari total perdagangan BIMP.
Darmin pun menekankan, bagi Indonesia, pentingnya konektivitas antarwilayah menjadi faktor utama dalam mendukung kegiatan ekonomi.
Untuk mendukung hal tersebut, telah disepakati berbagai Proyek Infrastruktur Prioritas/Priority Infrastructure Projects (PIPs) di kawasan BIMP-EAGA dengan nilai mencapai 21,4 miliar dollar AS. Adapun proyek itu terdiri dari proyek bandar udara, pelabuhan, jalan, jembatan dan kereta api.
“Target yang ingin dicapai adalah peningkatan nilai perdagangan, investasi, industri, pariwisata dan UMKM untuk memberikan manfaat yang lebih besar kepada masyarakat,” terang Darmin.
Selain itu, pertemuan tersebut juga membahas perkembangan inisiatif green city yang fokus untuk mewujudkan wilayah perkotaan yang layak huni, ramah lingkungan dan kompetitif secara ekonomi. Sejauh ini, kota Kendari, merupakan kota pertama di Tanah Air yang telah menyelesaikan tahap pertama dengan menyusun Green Cities Action Plan (GCAP).
Masing-masing negara telah menunjuk dua kota baru yang berkomitmen untuk ikut serta pada inisiatif tersebut, yakni Bandar Seri Begawan (Brunei Darussalam), Pontianak dan Tomohon (Indonesia), Kota Kinabalu dan Kuching (Malaysia), Davao dan General Santos (Filipina).
Komentar
Posting Komentar