Langsung ke konten utama

AKSI MAHASISWA 20 OKTOBER MENUAI REAKSI KERAS DARI MASYARAKAT KARENA TIDAK TAAT ATURAN

Aksi demonstrasi yang digelar mahasiswa dari BEM Seluruh Indonesia didukung oleh dalam rangka evaluasi 3 tahun Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla pada hari jumat 20 Oktober lalu hingga larut malam ternyata mendapat protes keras dari warga masyarakat yang terganggu akibat demo tidak taat aturan tersebut.
Protes dari masyarakat akibat demo yang melanggar aturan tersebut misalnya dalam bentuk spanduk yang dipasang di beberapa tempat diantaranya di Tugu Proklamasi, dan Jalan Cikini Menteng.
Spanduk-spanduk itu bertuliskan “Aksi Mahasiswa 20 Oktober 2017 kok gak tahu aturan, warga jadi susah !! dan Sedih liat aksi mahasiswa kemarin, anarkis & gak tahu aturan. Itukah cermin sikap mahasiswa ?? “.
Selain itu, kritik juga datang dari masyarakat setempat yang ikut mengecam aksi anarkis mahasiswa tersebut. Menurut Sugito yang berprofesi ojek pangkalan, para mahasiswa itu disebut tidak mengerti Undang-undang yang membatasi aksi unjuk rasa sampai pukul 18.00.
“Aturan soal batas waktu demo itu harus dipatuhi semua kelompok masyarakat. Jangan egois, brutal, gak mau diatur dan mau menang sendiri. Harusnya Polisi bubarkan saja setelah diatas jam 18.00 kalau masih susah diajak komunikasi,” ungkap Sugito.
Dikatakan Sugito, aksi blokade jalanan umum di area Jalan Medan Merdeka Barat itu justru menimbulkan masalah publik yakni dampak kemacetan sehingga merugikan para pengguna jalan saat jam pulang kerja.
“Warga sangat terganggu lah kalau sampek larut malam gitu. Katanya mahasiswa agent of change tapi kok gak ngerti aturan. Mahasiswa jangan mau disetir pihak lain, gak perlu juga ampek larut malam. Ada ruang publik yang dirugikan, mendingan ketemu dan agendakan,” tuturnya.
Bukan hanya mengganggu ketertiban umum, aksi mahasiswa Aliansi BEM SI itu justru memancing amukan warga, lantaran dianggap telah mengganggu ketertiban umum. Oleh karena itu, dia mendukung pihak kepolisian untuk menanganinya agar ke depannya mereka tidak melakukan unjuk rasa yang melanggar peraturan.
“Polisi harus tegas membubarkan mereka. Demo sampai larut malam, itu sama saja cara yang tak etis. Karena bernegara yang baik taat hukum dan sampaikan cara yang sesuai dengan prosedur,” ujarnya.
Sebelumnya, Kabag Ops Polres Metro Jakarta Pusat, AKBP Asfuri mengatakan massa tidak mau diarahkan untuk pulang. Asfuri juga mengatakan massa tidak mau diajak berkomunikasi.
“Nggak mau mereka diajak komunikasi, diarahkan nggak mau,” kata Asfuri saat ditemui di lokasi.
Polda Metro Jaya telah menahan sebanyak 14 orang provokator dari kalangan mahasiswa, mereka diduga melakukan aksi pengerusakan fasilitas umum saat petugas kepolisian hendak melakukan pembubaran paksa.
Hingga berita ini diturunkan dari 14 mahasiswa yang ditahan, 12 orang sudah dilepaskan. Dengan demikian, masih ada 2 orang lagi yang masih ditahan Polda Metro Jaya dan diancam pidana perusakan fasilitas umum, keduanya adalah mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) Muhammad Ardi Sutrisbi, dan mahasiswa STEI SEBI Iksan.
Ardi dan Iksan diduga melakukan perusakan fasilitas umum saat terjadi kericuhan dengan polisi. Keduanya kemudian dipindahkan ke Ruang Tahanan Narkoba Polda Metro Jaya karena ruang tahanan di Direkorat Reserse Kriminal Umum penuh.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

1.362 MW Pembangkit dari Proyek 35.000 MW Sudah Beroperasi

Program 35.000 Mega Watt (MW) yang dicanangkan oleh pemerintah terus menunjukkan perkembangan. Hingga 1 Februari 2018, tercatat pembangkit listik yang telah beroperasi adalah sebesar 1.362 MW dan yang sedang tahap konstruksi sebesar 17.116 MW. "Peningkatan ini tak lepas dari kontribusi pembangkit listrik PLN maupun Independent Power Producer (IPP)," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi dalam keterangan tertulisnya, Senin (5/3/2018). Baca juga:  Bagaimana Progres 35.000 MW Jokowi? Ini Penjelasan PLN Sejauh ini, sebesar 896 MW dari total 1.362 MW yang beroperasi dihasilkan dari IPP, sementara 466 MW dibangun oleh PT PLN (Persero). Pembangkit yang beroperasi tersebar di wilayah Sulawesi dengan total 538 MW, disusul Sumatera 455 MW, Maluku dan Papua 135 MW, Kalimantan 126 MW, sedangkan sisanya tersebar di wilayah Jawa, Bali dan Nusa Tenggara sebesar 108 MW. Lebih lanjut, Agung menambahkan saat ini sebany...

Fenomena Kaum SCBD (Sesapian-Cingkrangan-Bumi Datar)

By Apriadi Rizal Jadi gini, SCBD yang ini bukanlah Sudirman Central Business District yaitu kawasan terkenal dan mewah ditengah jantung ibukota. SCBD disini adalah mereka yang sangat mengharubirukan dunia Indonesia. Mereka adalah kaum yang selalu komen nyinyir kepada pemerintah yang sedang sibuk membangun negeri.  Mereka jugalah yang setiap hari membuat keonaran dengan alasan agama. You know lah! Cikidap, cikidap youw. (Habis goyang dengan lagu hip-hop) Jujur saya sendiri kurang tahu jelasnya mengenai sejarah tentang frase sesapian, cingkrangan, dan kaum bumi datar. Kapan mulai malang melintang didunia permediaan Indonesia. Kalau ada pembaca atau penulis lain yang bisa merangkumnya, akan sangat keren sekali. Karena akan menjadi salah satu bacaan yang sangat berguna bagi sejarah bangsa ini. Kenapa berguna? Pastinya menjadi rujukan kepada siapa saja manusia yang ingin maju. Rujukan untuk apa? Pastinya rujukan u...

TRI KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

Oleh: H. Agus (Jurnalis/Pemerhati Masalah Sosial Budaya dari Dompu, NTB) ================== Tri kerukunan umat beragama merupakan konsep yang digulirkan oleh pemerintah Indonesia dalam upaya menciptakan kehidupan masyarakat antar umat beragama yang rukun. Istilah lainnya adalah "Tri kerukunan". Kemajemukan bangsa Indonesia yang terdiri atas puluhan etnis, budaya, suku, dan agama. Membutuhkan konsep yang memungkinkan terciptanya masyarakat yang damai dan rukun. Dipungkiri atau tidak, perbedaan sangat beresiko pada kecenderungan konflik. Terutama dipacu oleh pihak-pihak yang menginginkan kekacauan di masyarakat. Perbedaan atau kebhinekaan Nusantara tidaklah diciptakan dalam satu waktu saja. Proses perjalanan manusia di muka bumi Indonesia dengan wilayah yang luas menciptakan keberagaman suku dan etnis manusia. Maka lahir pula sekian puluh kepercayaan dan agama yang berkembang di setiap suku-suku di Indonesia. Kebijakan Pemerintah Pemerintah sendiri telah menyadari resistensi ko...