Ketersediaan listrik merupakan salah satu kebutuhan dasar yang diperlukan suatu wilayah. Tak terkecuali wilayah yang berada di garis terdepan, terluar atau terpencil Indonesia.
Hal inilah yang saat ini tengah diemban oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) (PLN), sebagai satu-satunya BUMN penyedia listrik di Indonesia. Misinya untuk menerangi seluruh desa di Indonesia pada 2019 mendatang harus dijawab meski tantangan dan medan yang dilalui terkadang terlihat mustahil untuk dilakukan.
Pulau Liran, bagian dari Kabupaten Maluku Barat Daya, menjadi salah satu daerah yang akan diterangi oleh PLN secara penuh dalam waktu dekat. Pulau terluar di sisi tenggara Indonesia ini masih sangat minim disentuh oleh pembangunan, khususnya BUMN.
PLN sendiri saat ini telah membangun infrastruktur kelistrikan di Pulau Liran dengan total biaya lebih dari Rp 12 miliar sejak 2015 lalu. Namun dalam perjalanannya, tidak semua kepala keluarga di Pulau Liran bisa membayar biaya pemasangan listrik ke rumahnya, sehingga masih banyak rumah yang belum teraliri listrik.
Direktur Human Capital Management PLN Muhamad Ali mengatakan, saat ini pihaknya akan membangun jaringan transmisi tersebut sepanjang kurang lebih 4 km lagi, dan ditargetkan rampung pada bulan November mendatang.
"Di Liran, wilayah sebelahnya ini sudah dilistriki, tapi sebelahnya lagi belum. Belum itu karena medannya di balik gunung. Jalan ke sana belum ada, sehingga harus merintis jalan ke situ. November kita targetkan selesai pembangunan distribusi 4 km. Kita berharap Pulau Liran bisa terlistriki semuanya," katanya saat ditemui di Pulau Liran, Maluku, Rabu (20/9/2017).
Foto: Eduardo Simorangkir-detikFinance
|
Kehadiran PLN sendiri disambut hangat warga Pulau Liran. Warga mengaku sejak masuknya listrik, kehidupan perekonomian mereka lebih terbantu, karena warga tidak lagi terbebani biaya bahan bakar untuk penerangan dan aktivitas lainnya.
"Dulu sebelum ada listrik, saya harus menggunakan tiga pelita, dalam sebulan kami bisa menghabiskan 200 hingga 300 ribu rupiah.namun dengan masuknya listrik kini kami hanya membayar 30-60 ribu saja perbulan," tutur Moses, salah satu warga Liran di tempat.
Warga lainnya bernama Agus mengaku kini bisa menghemat hingga Rp 3 juta lantaran listrik yang digunakannya lebih hemat.
"Dulu saya pakai mesin genset berbahan bakar solar. Satu malam itu habis 10 liter atau Rp 100.000. Sekarang beli token listrik, cukup Rp 100.000 sebulan. Enggak pusing-pusing lagi lihat mesin genset sudah habis atau belum untuk isi bahan bakar," ungkapnya.
Sebagai informasi, seluruh pasokan listrik di Pulau Liran saat ini berasal dari suplai dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dengan daya terpasang 240 kWh, dan rata-rata Biaya Pokok Produksi (BPP) di pulau tersebut sebesar 11.182 kWh.
Foto: Eduardo Simorangkir-detikFinance
|
Dengan BPP yg tinggi, PLN tetap menjual kWh untuk warga Liran dengan harga subsidi yakni Rp 650/kWh. Hal ini sesuai dengan amanah Undang-Undang (UU), di mana PLN sebagai penyedia listrik negara wajib memberikan pelayanan listrik yang terjangkau bagi masyarakat. Untuk itulah subsidi silang dilakukan salah satunya berasal dari kebijakan subsidi listrik tepat sasaran.
Pulau Liran sendiri berlokasi cukup terpencil, dengan jumlah penduduk sekitar 1.118 jiwa atau 236 KK. Lokasinya lebih dekat ditempuh dari wilayah Timor Leste dibanding Indonesia sendiri.
Akses menuju Liran tergolong sulit, karena harus melewati ganasnya ombak laut Banda dan selat Wetar. Jika ditempuh dari Pulau Moa, di Ambon butuh waktu sekitar 8 jam perjalanan naik kapal cepat. Sedangkan dari Dili di Timor Leste, bisa ditempuh dengan waktu hanya 3 jam saja.
Komentar
Posting Komentar