Langsung ke konten utama

Waspadai Penyebaran Radikalisme yang Tak Kasatmata

JAKARTA - Inisiator Forum Bela Negara Alumni Universitas Indonesia (BARA UI) Eri Sofyan menyebut ancaman penyebaran ideologi radikalisme bergerak melalui dua cara, yaitu metode kekuatan keras (hard power) serta metode kekuatan lunak (soft power).
Metode hard power adalah metode yang terlihat atau kasatmata. Sebaliknya, metode soft power, hampir tidak terlihat atau tak kasatmata.
Metode hard power muncul dalam bentuk kekerasan di jalanan termasuk dalam gerakan-gerakan kelompok penekan seperti demonstrasi, teror, premanisme, dan sejenisnya.

"Penggunaan hard power muncul dalam gerakan-gerakan kelompok teroris seperti di Sulawesi Tenggara, Solo, di perbatasan, dan sebagainya. Begitu juga terlihat pada bom biasa atau bom bunuh diri yang meledak baik dalam skala besar seperti bom Bali atau dalam skala kecil seperti bom molotov dan bom panci," kata Eri dalam sambutan deklarasi BARA UI, di Gedung Rektorat UI Kampus Salemba, Jakarta, Senin (10/7/2017).

Menurut Eri, metode hard power relatif lebih mudah diatasi oleh Polisi khususnya Densus 88 Antiteror, TNI, dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Justru yang harus menjadi perhatian masyarakat yaitu metode soft power.

Eri menyebut cara itu dilakukan dengan strategi pencucian otak(brainwashing strategy). Dia menambahkan, yang mengkhawatirkan ternyata strategi ini tidak hanya berhasil dilakukan pada sasaran akar rumput (grass root), melainkan juga pada target dengan tingkat pendidikan lebih tinggi.

"Beberapa penelitian misalnya yang dilakukan oleh LIPI malahan menyatakan bahwa perguruan tinggi dan siswa SMA telah terpapar kaum radikalisme. Ini tentu sangat memanaskan telinga terutama bagi kita yang ada di dalam lingkungan kampus," kata dia.

Yang lebih menyedihkan lagi, kata dia, melihat pemberitaan di berbagai media, paham-paham kelompok radikal dan intoleran juga mulai ditanamkan di usia dini (PAUD).

Eri pun mengajak masyarakat agar tetap waspada. Sebab, apabila paham-paham tersebut terinternalisasi di benak anak-anak, maka 10-15 tahun lagi Indonesia akan sulit menemukan generasi penerus yang berjiwa Pancasila, NKRI, UUD 45, dan Bhineka Tunggal Ika

Komentar

Postingan populer dari blog ini

1.362 MW Pembangkit dari Proyek 35.000 MW Sudah Beroperasi

Program 35.000 Mega Watt (MW) yang dicanangkan oleh pemerintah terus menunjukkan perkembangan. Hingga 1 Februari 2018, tercatat pembangkit listik yang telah beroperasi adalah sebesar 1.362 MW dan yang sedang tahap konstruksi sebesar 17.116 MW. "Peningkatan ini tak lepas dari kontribusi pembangkit listrik PLN maupun Independent Power Producer (IPP)," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi dalam keterangan tertulisnya, Senin (5/3/2018). Baca juga:  Bagaimana Progres 35.000 MW Jokowi? Ini Penjelasan PLN Sejauh ini, sebesar 896 MW dari total 1.362 MW yang beroperasi dihasilkan dari IPP, sementara 466 MW dibangun oleh PT PLN (Persero). Pembangkit yang beroperasi tersebar di wilayah Sulawesi dengan total 538 MW, disusul Sumatera 455 MW, Maluku dan Papua 135 MW, Kalimantan 126 MW, sedangkan sisanya tersebar di wilayah Jawa, Bali dan Nusa Tenggara sebesar 108 MW. Lebih lanjut, Agung menambahkan saat ini sebany...

Fenomena Kaum SCBD (Sesapian-Cingkrangan-Bumi Datar)

By Apriadi Rizal Jadi gini, SCBD yang ini bukanlah Sudirman Central Business District yaitu kawasan terkenal dan mewah ditengah jantung ibukota. SCBD disini adalah mereka yang sangat mengharubirukan dunia Indonesia. Mereka adalah kaum yang selalu komen nyinyir kepada pemerintah yang sedang sibuk membangun negeri.  Mereka jugalah yang setiap hari membuat keonaran dengan alasan agama. You know lah! Cikidap, cikidap youw. (Habis goyang dengan lagu hip-hop) Jujur saya sendiri kurang tahu jelasnya mengenai sejarah tentang frase sesapian, cingkrangan, dan kaum bumi datar. Kapan mulai malang melintang didunia permediaan Indonesia. Kalau ada pembaca atau penulis lain yang bisa merangkumnya, akan sangat keren sekali. Karena akan menjadi salah satu bacaan yang sangat berguna bagi sejarah bangsa ini. Kenapa berguna? Pastinya menjadi rujukan kepada siapa saja manusia yang ingin maju. Rujukan untuk apa? Pastinya rujukan u...

TRI KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

Oleh: H. Agus (Jurnalis/Pemerhati Masalah Sosial Budaya dari Dompu, NTB) ================== Tri kerukunan umat beragama merupakan konsep yang digulirkan oleh pemerintah Indonesia dalam upaya menciptakan kehidupan masyarakat antar umat beragama yang rukun. Istilah lainnya adalah "Tri kerukunan". Kemajemukan bangsa Indonesia yang terdiri atas puluhan etnis, budaya, suku, dan agama. Membutuhkan konsep yang memungkinkan terciptanya masyarakat yang damai dan rukun. Dipungkiri atau tidak, perbedaan sangat beresiko pada kecenderungan konflik. Terutama dipacu oleh pihak-pihak yang menginginkan kekacauan di masyarakat. Perbedaan atau kebhinekaan Nusantara tidaklah diciptakan dalam satu waktu saja. Proses perjalanan manusia di muka bumi Indonesia dengan wilayah yang luas menciptakan keberagaman suku dan etnis manusia. Maka lahir pula sekian puluh kepercayaan dan agama yang berkembang di setiap suku-suku di Indonesia. Kebijakan Pemerintah Pemerintah sendiri telah menyadari resistensi ko...