Pancasila saat ini, cenderung hanya dihafalkan dan dijadikan
hiasan. Namun, tidak dihayati apalagi diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari. Hal itu disampaikan jurnalis senior Malang Times Ahmad
Baihaqi Kadmi saat menjadi pembicara diskusi Lingkar Studi Pancasila
Brawijaya bertema “Peranan Organisasi Kepemudaan Dalam Menangkal
Organisasi Masyarakat Anti Pancasila” di Kawasan Jalan Idjen Kota,
Malang, Jawa Timur, Jumat (15/9/2017).
“Pancasila adalah komitmen teguh dari semua elemen bangsa untuk
hidup bersama. Menjalin kasih sayang dan empati dan mengutamakan
musyawarah dengan dijiwai ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga
tercipta Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia,” kata pria yang akrab
disapa Gus Bai itu melalui siaran persnya, Sabtu (16/9/2017).
Gus Bai mengutip pernyataan Duta Besar Palestina untuk Indonesia,
bahwa Pancasila adalah rahmat yang tiada tara yang mempersatukan sekian
ratus keragaman. Arab yang cenderung homogen, lanjutnya, justru saat ini
terjebak perang tanpa ujung yang mencerai-beraikan umat Islam.
Untuk itu, Pemuda harus mau menelusuri sejarah perjuangan bangsa
yang penuh nilai luhur dan keunikan dibanding bangsa lain. Termasuk
sejarah lahirnya Pancasila. Dari proses penelusuran sejarah, papar Gus
Bai, diperoleh tahapan selanjutnya untuk melakukan penghayatan terhadap
masing-masing sila. Sehingga Pancasila benar-benar merasuk di dalam jiwa
dan menjadi cara pandang terhadap dunia. Sekaligus menjadi pusat
pengendalian diri dalam setiap perbuatan.
Setelah itu, sambung Gus Bai,Pancasila harus diaplikasikan dalam
kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Mulai dari hal-hal yang
kelihatannya sepele.
Menurutnya, pemuda menjadi sosok sentral yang paling bisa
diharapkan memperbaiki keretakan-keretakan bangsa akibat tidak
diamalkannya Pancasila. Khususnya dibkalangam mahasiswa. Oleh karena
itu, pemuda hari ini harus segera melakukan tahapan-tahapan penghayatan
dan pengamalan Pancasila.
“Agar distorsi kebangsaan oleh kelompok anti Pancasila bisa ditangani dengan lebih mudah dan ampuh,” urainya.
Sementara itu, dalam diskusi itu, pemateri lainnya dosen senior
Jurusan Sosiologi Universitas Brawijaya, Ahmad Imron Rozuli ikut
memaparkan pandangannya. Pria yang akrab disapa Cak Imron itu memaparkan
sekilas tentang Komunis. Cak Imron mengutip pernyataan Franz
Magnis-Suseno, bahwa semakin orang paham tentang Komunis, maka tidak
sekalipun akan mencita-citakannya.
“Ide komunisme dengan cita-cita masyarakat tanpa kelas dalam
melawan kapitalisme, menemui jalan buntu. Penyebabnya, ide tersebut
tidak bisa diejawantahkan dan tidak aplikatif bahkan utopis. Ide-ide
yang dikemukakan Karl Marx pun juga mengesampingkan aspek rohaniah
manusia yang sebenarnya juga sangat pokok untuk membangun sebuah
masyarakat yang sejahtera,” paparnya.
Kemudian, terkait dengan konstelasi perekonomian dunia pada saat
ini, kata Cak Imron, dominasi kekuatan ekonomi dunia akan menentukan
cara berpikir dan berperilaku sebuah masyarakat.
Baik Amerika Serikat dengan kapitalismenya membawa budaya
konsumeris. Maupun, Tiongkok dengan kapitalisme yang disamarkan untuk
menutupi ekspansi ideologinya.
“Untuk menghadapi kondisi demikian, maka pengejawantahan nilai-nilai Pancasila menjadi sangat urgen,” tegas Cak Imron.
Penjelasannya, Pancasila menjadi jalan terbaik dalam mewujudkan
masyarakat sejahtera yang juga diidamkan penganut ide Kapitalis maupun
Sosialis-Komunis. Pancasila juga lebih komprehensif karena tidak
menegasikan hubungan manusia dengan Tuhan dan berupaya menciptakan
keseimbangan dalam kehidupan.
Orang bebas melakukan kegiatan ekonominya seperti halnya dalam
kapitalisme. Namun tidak mengingkari kewajiban distribusi pendapatan
kepada yang kurang mampu. Seperti kewajiban zakat dalam ajaran Islam,
sehingga terwujud masyarakat adil dan makmur.
Cak Imron juga menyinggung bonus demografi yang akan dihadapi
bangsa Indonesia. “Hal ini merupakan peluang emas bagi Indonesia untuk
membangun masyarakat sesuai nilai-nilai dalam Pancasila dan melawan
dominasi kekuatan AS maupun Tiongkok,” pungkasnya.
Diskusi tersebut diharapkan dapat meredam gejolak meresahkan di
tengah masyarakat akhir-akhir ini. Seperti aksi gerakan-gerakan puritan
yang membenturkan Pancasila dengan ajaran Islam, gerakan terorisme, isu
kebangkitan komunis, mewabahnya hoax dan provokasi kebencian dan
terjangan arus globalisasi.
Ebook Investasi Emas
BalasHapusEbook Investasi Reksadana
Ebook Finansialku