Terseretnya NU ke dalam kancah politik
sudah bukan barang baru lagi. Semenjak orde lama, baru sampai reformasi,
NU selalu aktif dalam kegiatan politik. Suhu panasnya politik di
Indonesia, NU sudah biasa menghadapinya. Pilkada DKI sekarang pun ikut
menyeret nama NU, dimulai ketika Ahok mengintrogasi KH. Ma’ruf Amin,
orang NU meradang, pasalnya, Ahok dinilai tidak menghormati Kyai Ma’ruf
yang sekarang menjadi Rais ‘Aam PBNU.
Ahok pun akhirnya mengeluarkan statement
secara tertulis dan melalui video, bahwa Ahok meminta maaf dan tidak
akan melaporkan balik Kyai Ma’ruf. Kyai Ma’ruf akhirnya memaafkan Ahok,
dan meminta agar warga NU tenang dan tidak mudah terprovokasi. Pasalnya,
Banser NU DKI siap melawan Ahok jika Kyai Ma’ruf dilaporkan. Karena ada
intruksi dari Kyai Ma’ruf, sepakat warga NU tidak terprovokasi dan
memaafkan Ahok.
Meskipun demikian, ada beberapa orang dan
kelompok yang ingin memanfaatkan isu ini untuk mengadu domba antara NU
dan Ahok. Mereka teriak-teriak jihad bela Ulama, karena Ahok dinilai
menistakan Ulama dan menjelekkan Ulama. Hal ini yang membuat NU heran,
ko ada ya, orang yang bukan NU, sok-sokan membela NU. Mereka kemana
saja? Waktu Gus Dur dihina buta mata buta hati, apakah mereka menulis
prihatin di twitter karena ada yang menghina Ulama? Atau ketika Kyai
Said Agil dihina dengan sebutan raja syirik, liberal, sesat dan tuduhan
lainnya, apakah mereka mengadakan demo aksi bela Ulama? Oh tidak.
KH. Maman Imanulhaq berkomentar,
Ada yang mencoba menyulut NU.
Mereka menyangka sumbu NU pendek.
Ingat, NU tanpa Sumbu!
Sumbu pendek telah menjadi tren dikalangan
masyarakat untuk orang yang mudah marah dan terprovokasi terhadap
isu-isu tanpa harus kroscek terlebih dahulu. Bagaikan petasan yang
dibakar dengan api, karena sumbu petasan pendek, maka cepat meledak.
Apa yang Kyai Maman sampaikan adalah benar. NU tanpa sumbu, artinya NU tidak mudah terprovokasi. Penghinaan Kyai Ma’ruf belum sebanding saat Gus Dur dilengserkan dari kursi Presiden oleh Amin Rais. Gus Dur salah satu Kyai yang sangat dihormati di NU, beliau cucu dari KH. Hasyim Asyari pendiri NU, anak dari KH. Wahid Hasyim menteri agama pertama, diturunkan oleh Amin Rais.
Warga NU marah, semua elemen NU mulai dari Banser, Fatayat, Muslimat, IPNU, IPPNU, Pagar Nusa, siap mengepung istana Negara. Bahkan, Gus Nuril, telah menyiapkan pasukan berani mati untuk membela Gus Dur atas pelecehan yang dilakukan oleh Amin Rais. Tapi dengan rendah hati Gus Dur menahan mereka. Gus Dur tidak mau, Indonesia terpecah karena dirinya. Akhirnya, ribuan lascar NU tidak jadi berangkat ke Jakarta.
Begitu juga dengan fitnah yang menimpa
ketua Tanfidziyah NU, KH. Said Agil Siradj dengan sebutan liberal,
kafir, bahkan dianggap keluar dari Islam. Banyak elemen NU yang siap
membela Kyai Said. Tapi, Kyai Said mencegah itu dan memaafkan semua yang
memfitnah beliau.
Jika ada pejabat yang menurut NU keluar dari sendi-sendi Islam, NU tidak segan-segan menasehati langsung kepada pejabar tersebut. NU tidak pernah menyelesaikan masalah di jalan dengan cara demo, karena NU hanya focus bagaimana Negara ini seimbang dan tidak mengalami konflik yang membuat Indonesia menjadi hancur. Jadi jika ingin mengadu domba antara NU dengan elemen apapun, maaf, NU tidak punya sumbu
Komentar
Posting Komentar