Langsung ke konten utama

Mestinya Shalat itu Mencegah Dari Tindakan Biadab Bukan Malah Menusuk Anggota Brimob

Related image


“Shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar”, kalimat ini sudah sering terdengar, bahkan pernah dipajang begitu besar dan jelas di berbagai tempat. Tapi apakah otomatis orang-orang yang melakukan gerakan shalat langsung terbebas dari perbuatan keji dan mungkar itu?,  atau tidak melakukan tindakan biadab?.

Bagaimana dengan pelaku penusukan dua orang anggota Brimob itu?, setelah shalat langsung melakukan perbuatan biadab?. Kemungkinan besar si Pelaku penusukan itu menyerap ajaran-ajaran agama kebencian yang selama ini menguasai mimbar-mimbar. Bahkan tidak menutup kemungkinan beberapa waktu lalu kampanye kebencian atas nama agama makin membuat otaknya subur dan memasuki alam bawah sadarnya, dan begitu mudah terpicu.

Lalu siapa yang bertanggungjawab atas kejadian ini?,

Si orator fentung itu?, atau para penyelenggara Demo? atau si Ahli kristologi dari negeri goyang?, atau si mualaf yang langsung dikarbitkan menjadi ustad? atau si penjual seprei pemakan daging manusia? Atau ustad youtube yang pembahasannya hanya haram dan bidah plus thagut?, ataukah si Konsultan politik yang menganggap bahwa isu agama dalam kampanye tidak terlalu berefek di masyarakat atau aman-aman saja, ini hanya politik. Apakah mereka tidak melihat secara holistik efek dari semua tindakannya itu? Atau jangan-jangan mereka sedang tertawa-tawa sekarang? dan tetap nyinyir pada pemerintahan saat ini?. Kita harus jeli melihat puzle-puzle kekejian yang sudah dihembuskan secara halus.

Sejatinya shalat itu mengantarkan manusia menjadi orang yang bertakwa dengan tidak sembrono memahami agama, shalat bisa menjadi sandaran atas setiap masalah yang begitu berat di zaman ini, shalat adalah mikraj orang beriman, dimana kekusyukan terjadi serta tak lalai dalam berkomunikasi dengan Allah, dan masih banyak hal yang mesti digali dalam ritual shalat ini serta efeknya dalam lingkup sosial kemasyarakatan, bukan malah sehabis shalat langsung melakukan aksi penusukan.

Berarti orang yang teriak-teriak thagut itu dan menusuk dua anggota Brimob yang sedang khusyuk shalat adalah penganut ajaran-ajaran kebencian yang selama ini disebarkan, mungkin memang dia adalah korban doktrin, namun tetap saja biadab, dan saya khawatir akan ada lagi korban-korban doktrin yang masih berkeliaran dan sangat pede dengan asupan kebencian atas nama agama yang dibawanya. Maka dari itu, kewaspadaan tetap ditingkatkan, apalagi menjelang pemilihan nanti.

Kembali lagi tentang pentingnya shalat.

Ternyata, shalat bukan sekedar gerakan, jika shalat hanya gerakan  apa bedanya dengan senam atau gerak badan biasa lainnya?. Dalam shalat ada bacaan-bacaan atau lafaz yang harus sangat diperhatikan, utamanya dalam bacaan surat al-fatiha, bisa kita lirik ayat yang berbunyi “Ihdinasiratal mustakim” atau terjemahannya bisa “tunjukkanlah kami jalan yang lurus”, lalu jalan lurus itu seperti apa?, lagi-lagi manusia harus memikirkannya terlebih dahulu, itulah kenapa Allah menciptakan manusia dengan seperangkat akal, dan itulah yang membedakannya dengan binatang atau hewan.

Jika hewan hidupnya hanya memangsa hewan lainnya demi memenuhi hasrat makannya, maka jika ada orang yang melakukan perbuatan brutal atau aniaya atau melakukan aksi penusukan, maka layakkah disebut orang berakal?. Kalau tidak berakal artinya sama dengan hewan dong.

Lantas bagaimana seharusnya mengantisipasi hal ini?, langkah antisipasi sudah pernah dibeberkan oleh ulama-ulama yang sebenarnya, namun suara ulama-ulama baik itu sering ditenggelamkan oleh politisi busuk dengan berbagai cara di media. Dan yang tumbuh subur malah orang-orang yang mengaku ulama atau ustad lalu mengajarkan satu kitab yang berjudul “Agama Horor”.

Betapa menyeramkan ajaran-ajaran itu yang awalnya dibungkus dengan kebaikan-kebaikan, dibungkus dengan motivasi-motivasi hidup, dan beberapa pertemuan berikutnya barulah penyucian otak mulai diproses dan jemaah semakin asyik terbuai, bukan hanya dijejali oleh ajaran-ajaran agama horor, jemaah pun dikuras harta bendanya dengan dalih “Perjuangan membela agama Allah”, dahsyat kan?.

Oh jemaah…, kita ini sudah darurat teroris, darurat ISIS, darurat sumbu pendek, darurat iming-iming bidadari di sorga, pokoknya darurat dan harus waspada serta terus bekerja dengan gigih untuk melawan aksi mereka yang biadab itu. Dan NKRI akan terus diobok-oboknya, mereka ini penganut agama horor menaikkan tingkat serangannya ke aparat kepolisian, tentu saja ada hitungannya, mereka memang ber-agama horor, tapi sungguh licik dalam menjalankan aksinya. Banyak skill yang mereka pergunakan, termasuk skill di media online untuk menularkan virus agama horornya.

Oh Indonesiaku…ibu pertiwi akan bersedih, melihat kebiadaban yang semakin mengkhawatirkan, agama horor begitu cepat memakan korban, dan seperti tak pernah berhenti, namun kita tahu akar-akarnya yang selama ini berseliwerang, akankah kita pasrah saja? Sementara doa kita yang begitu kuat buat negeri ini, negeri yang menjunjung toleransi yang rahmatan lil alamin, kita takkan akan sudi mereka leluasa mengoyak negeri kita ini. Agama horor itu harus enyah dari negeri ini. Laa haula walaquwata illabillah… hanya kepada Allah-lah kita memohon kekuatan dan daya upaya agar bisa mengusir mereka dari negeri ini, mengusir agama mereka dari lingkungan keluarga, dan mengusir ideologi agama horor itu dari ruang pikiran kita, sehingga harapan kita tak ada lagi kaum sumbu pendek dan kopar-kapir.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KH Said Aqil Siroj dan 14 Organisasi Islam Melarang Ikut Aksi 313 dan Tamasya Al-Maidah

KH Said Aqil Siroj menegaskan 14 Organisasi Islam yang tergabung dalam LPOI (Lembaga Persahabatan Ormas Islam) melarang anggotanya ikut Aksi 313 di Istiqlal pada hari Jumat 31 Maret 2017. Alasan utama adalah NU sebagai Garda Terdepan Indonesia memandang aksi 313 sarat dengan kepentingan politik semata, hal ini berbahaya bagi Ukhuwah Wathoniyah (Kerukunan Berbangsa), bukan semata Aksi yang urgent dan penting untuk dilakukan. Secara tegas KH Said mengatakan bahwa urusan Pilkada ini tidak perlu bawa-bawa Agama, karena rentetan akan sangat panjang dan rawan ditunggangi kepentingan yang merugikan bagi Kebangsaan. “Jika Aksi ini membawa Allah berkampanye, apa yang akan terjadi jika ternyata yang mengatasnamakan Allah tadi kalah? Atau menang tapi akhirnya tidak amanah?” Hal ini akan sangat berbahaya jika dibiarkan, oleh sebab itu secara tegas NU dan 13 Organisasi yang tergabung dalam LPOI secara tegas menolak Aksi 313. Selain menolak Aksi 313, Kiai Said juga menolak s...

Fenomena Kaum SCBD (Sesapian-Cingkrangan-Bumi Datar)

By Apriadi Rizal Jadi gini, SCBD yang ini bukanlah Sudirman Central Business District yaitu kawasan terkenal dan mewah ditengah jantung ibukota. SCBD disini adalah mereka yang sangat mengharubirukan dunia Indonesia. Mereka adalah kaum yang selalu komen nyinyir kepada pemerintah yang sedang sibuk membangun negeri.  Mereka jugalah yang setiap hari membuat keonaran dengan alasan agama. You know lah! Cikidap, cikidap youw. (Habis goyang dengan lagu hip-hop) Jujur saya sendiri kurang tahu jelasnya mengenai sejarah tentang frase sesapian, cingkrangan, dan kaum bumi datar. Kapan mulai malang melintang didunia permediaan Indonesia. Kalau ada pembaca atau penulis lain yang bisa merangkumnya, akan sangat keren sekali. Karena akan menjadi salah satu bacaan yang sangat berguna bagi sejarah bangsa ini. Kenapa berguna? Pastinya menjadi rujukan kepada siapa saja manusia yang ingin maju. Rujukan untuk apa? Pastinya rujukan u...

KOMITMEN JOKOWI BANGUN DAERAH PERBATASAN TEREALISASI, KERJA NYATA JOKOWI

Sejak resmi menjabat, Presiden Joko Widodo, bertekad, membangun Indonesia dari pinggiran. Maka pembangunan perbatasan pun jadi fokus perhatian. Tapal batas, harus jadi beranda depan negara, bukan lagi halaman belakang yang kumuh. Bahkan, wajah perbatasan harus lebih ‘cantik’ dan ‘kinclong’ dari perbatasan negara lain. Tidak hanya itu, dengan kian bagusnya infrastruktur sosial dan ekonomi, kehidupan warga di tapal batas bisa lebih baik lagi. Bahkan, perbatasan harus menggeliat, menjadi pusat pertumbuhan baru. Lalu seperti apa, capaian pembangunan di tapal batas? Sekretaris Utama Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP), Hadi Prabowo, menegaskan, sudah banyak yang dilakukan pemerintah di perbatasan.  Terutama  menggenjot pembangunan infrastruktur yang terkait dengan  kebutuhan sosial dasar masyarakat. Banyak yang telah dihasilkan. “Kebutuan sosial dasar masyarakat di wilayah tapal batas negara, memang jadi fokus perhatian pemerintah. Pemenuhan kebutuhan dasar itu ...