Satu hal yang menarik dari pertemuan GNPF
dengan Presiden Jokowi di Istana adalah, tidak adanya bahasan khusus
tentang Rizieq yang sekarang kabur ke Arab Saudi. Bachtiar Nasir malah
memuji kinerja Jokowi.
Bahkan pengacara Rizieq, Kapitra Ampera,
yang biasanya sangat lihai dalam memberikan komentar-komentara absurd,
dari visa unlimited sampai undangan raja Salman, namun setelah bertemu
Jokowi dia tidak berani membuat pernyataan yang bersifat klaim sepihak.
“Sebetulnya lebih ke arah silaturrahim hari ini. Kami belum bicara ke
tingkat (rekonsiliasi) itu.”
Petinggi GNPF yang datang menemui Jokowi
di Istana, tidak ada yang berani membahas soal rekonsiliasi atau meminta
Rizieq dibebaskan. Tidak ada sama sekali.
Saya pikir inilah akhir dari arogansi
seorang Rizieq. Kini orang yang pernah dua kali dipenjara dan sekarang
sedang menyandang status tersangka untuk dua kasus hukum, sepertinya
sudah ditinggal oleh para pendukungnya sendiri.
GNPF tidak mendengar seruan Rizieq yang
meminta rekonsiliasi atau mengancamnya dengan revolusi. GNPF malah
berbicara hal lain tentang program pemerintah dan dukungan terhadap
upaya-upaya memajukan bangsa ini.
GNPF tak berani bahas rekonsiliasi
Kita tahu, bagi warga umum dan bukan
pejabat Istana, kesempatan bertemu Presiden sungguh sangat langka
sekali. Sebab jadwal Presiden sangat padat dan dengan agenda serta tugas
yang banyak.
GNPF yang kemarin bertemu Jokowi,
seharusnya benar-benar sudah menyampaikan hal-hal penting yang ingin
mereka sampaikan. Jika sebelumnya Kapitra Ampera mengirim surat kepada
Jokowi agar kasus Rizieq dihentikan, seharusnya kemarin saat bertemu
langsung dengan Presiden, hal itu sudah disampaikan. Namun seusai
bertemu Presiden, Kapitra menyebut bahwa pertemuan itu sebatas
silaturaahmi biasa dan tidak sampai pada bahasan rekonsiliasi.
Bagi Presiden sendiri, setelah pertemuan
tersebut, tidak sedikitpun memberikan pernyataan langsung. Semua hanya
berita dari personel GNPF sendiri dan Pratikno. Menunjukkan bahwa
pertemuan ini merupakan pertemuan yang biasa saja, dalam rangka open
house, dan memang tidak ada bahasan serius yang perlu ditanggapi.
Pertemuan GNPF dan Jokowi kemarin pada
intinya tidak membahas rekonsiliasi atau penghentian kasus Rizieq. Sebab
rekonsiliasi memang tidak diperlukan. Apa yang mau direkonsiliasi?
Sementara kasus Rizieq juga tidak mungkin dihentikan, sebab Presiden
tidak akan mengintervensi hukum. Lagipula kasus Rizieq terlalu banyak,
mau dihentikan semuanya?
Kalau sudah begini, maka ke depan, GNPF
sudah tidak akan mampu lagi berbicara soal rekonsiliasi atau penghentian
kasus Rizieq. Sebab publik juga akan berpikir, kan mereka sudah bertemu
Presiden, mengapa tidak dibahas saat mereka bertemu?
Rizieq ditinggal sendiri
Rizieq yang sekarang masih kabur ke Arab
Saudi, benar-benar ditinggal sendiri, tiada yang menemani. Orang-orang
yang ke Arab menemui Rizieq hanyalah orang yang sama-sama bermasalah.
Sementara GNPF di Indonesia memilih mencari aman dengan tidak
ikut-ikutan mengancam revolusi.
GNPF memilih untuk berkomunikasi,
silaturrahmi. Melupakan kasus mesum Rizieq, melupakan rekonsiliasi,
melupakan revolusi. Karena sejatinya semua itu hanyalah ilusi dari
arogansi diri. Arogansi Rizieq yang tak tahu diri.
Dengan kondisi seperti ini, saya pikir
ujung dari cerita Rizieq, GNPF dan kasus mesum serta penghinaan terhadap
Pancasila, seharusnya bisa membuat Rizieq menjadi orang yang konsisten
dipenjara oleh Presiden-presiden Indonesia. Rizieq pernah dipenjara di
era Megawati dan SBY, dan sepertinya akan kembali dipenjara di era
Jokowi. Istiqomah sebagai narapidana.
Kehadiran GNPF di Istana tanpa menuntut
penghentian kasus Rizieq, menjadi simbol yang sebaliknya: kasus Rizieq
silahkan dilanjutkan.
Sebagai warga negara Indonesia yang
mengharapkan negeri ini maju, saya berharap agar ke depan GNPF bisa
lebih bijak lagi dalam bersikap dan berkomentar. Sehingga kita tidak
perlu lagi terlibat dalam perdebatan panjang dan aksi-aksi yang
menghabiskan milyaran rupiah hanya untuk melayani syahwat politisi.
Biarkanlah Rizieq dihukum dan dipenjara. 7
kasusnya kalau diproses semua, mungkin bisa menjeratnya sampai mati di
penjara. Lumayan negeri ini bisa damai dan aman. Lihatlah Ramadhan kali
ini tanpa Rizieq, tak ada lagi cerita sweeping warung yang buka siang
hari. GNPF dan ummat Islam tidak perlu membela orang-orang yang
bermasalah dengan hukum, sebab Islam tidak mengajarkan itu.
Komentar
Posting Komentar