
Ada perubahan signifikan dari negara Arab Saudi. Negara yang kental dengan aura Wahhabisme ini mulai melunak. Setidaknya itu yang coba ditawarkan Pangeran Mohammed bin Salman. Ia mengatakan bahwa negaranya hendak kembali kepada Islam moderat.
Perubahan yang dibawa sang pangeran mulai membuahkan hasil. Kini perempuan diperkenankan untuk mengendarai mobil. Bahkan kini kaum perempuan diizinkan untuk menonton pertandingan olah raga. Namun, untuk menghancurkan dinding tebal wahhabisme masih sangat sulit tapi bukan mustahil.
Pasalnya, paham ini sudah berurat dan berakar di negara Saudi, bahkan negara ini didirikan atas dasar landasan paham kaku ini. Aksi terorisme, fundamentalisme memang seakan-akan tidak bisa dilepaskan dari Wahhabisme. Penyebutan awal Wahhabi berasal dari Kekaisaran Turki Utsmani(Ottoman) untuk pengikut fanatik abad ke-18, yaitu Muhammad ibnAbd al-Wahhab (wafat 1792 masehi). Gagasan utama Abl al-Wahhab adalah bahwa umat Islam telah melakukan kesalahan dengan menyimpang dari jalan yang lurus, dan hanya dengan kembali ke satu-satunya agama yang benar mereka akan diterima dan mendapat ridha dari Allah.
Namun, agaknya Arab Saudi merasa gerah dengan tuduhan tersebut akhir-akhir ini. Ia seakan-akan menjadi sponsor utama gerakan radikalisme serta fundamentalisme Islam di seantero dunia. Dan sekarang Arab Saudi berusaha melepaskan diri dari steorotipe ini.
Seperti dilansir dari BBC, Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman, mengatakan kembali ke 'Islam moderat' merupakan kunci dalam rencananya untuk memodernisasi negara kerajaan itu.
Kepada para wartawan dia mengatakan 70% penduduk Arab Saudi berusia di bawah 30 tahun dan mereka ingin 'kehidupan dengan agama yang diwujudkan menjadi toleransi'. Pangeran Mohammed juga bertekad untuk 'menghapuskan sisa-sisa ekstrimisme dengan segera'.
Islam moderat yang dimaksud tidak lain tak bukan adalah Islam model Islam Nusantara. Dan gaung Islam Nusantara mulai merambah Timur Tengah. Seperti diungkap, cendekiawan muda NU, Zuhairi Misrawi yang akrab dipanggil Gus Mis. Menurutnya, Harian al-Arab, koran berbahasa Arab yang terbit di London menurunkan tulisan panjang dengan judul Islam Nusantara Madkhal Indonesia li Mujtama' Mutasamih. Artinya: Islam Nusantara adalah gerbang Indonesia menuju masyarakat toleran. Beberapa bulan yang lalu, harian terbesar di Mesir Al-Ahram dan al-Masry al-Youm juga memotret Islam Indonesia yang ramah dan toleran, khususnya Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah.
Lalu, apa yang dimaksud dengan Islam Nusantara ? Bagaimana kemudian Islam Nusantara ini menjadi kebalikan atau lawan dari arus Islam radikal serta fundamental. Gus Mis menuturkannya, sepertid dikutip dalam detik.com :
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan Islam Nusantara? Kiai Said Aqil Siradj dalam pidato pembukaan Muktamar NU ke-33 di Jombang menggarisbawahi beberapa karakteristik dari Islam Nusantara. Pertama, semangat keagamaan (al-ruh al-diniyyah). Semangat keagamaan yang dimaksudkan bukan untuk mengedepankan formalisasi agama, melainkan mengutamakan akhlaqul karimah. Ini sejalan dengan misi utama kedatangan Nabi Muhammad yang membawa misi untuk menyempurnakan akhlaqul karimah.
Kedua, semangat kebangsaan (al-ruh al-wathaniyyah). Setiap umat Islam di negeri ini hendaknya mempunyai nasionalisme, cinta Tanah Air. Hal tersebut sudah terbukti dalam sejarah pra-kemerdekaan, para ulama bersama para pendiri bangsa yang lain saling bahu membahu untuk mewujudkan kemerdekaan, dan bersama-sama untuk melahirkan Pancasila sebagai falsafah bernegara. Bahkan, para ulama menegaskan Pancasila sebagai dasar negara sudah bersifat final.
Ketiga, semangat kebhinnekaan (al-ruh al-ta'addudiyyah). Setiap umat Islam harus mengenali dan menerima keragaman budaya, agama, dan bahasa. Tuhan pasti bisa jika hendak menjadikan makhluk-Nya seragam, tetapi Tuhan sudah memilih untuk menciptakan makhluk-Nya beragam agar di antara mereka saling mengenali, menghormati, serta merayakan kebhinnekaan.
Keempat, semangat kemanusiaan (al-ruh al-insaniyyah). Setiap umat Islam hendaknya mampu menjadi prinsip kemanusiaan sebagai pijakan utamanya. Persaudaraan kemanusiaan harus diutamakan dalam rangka menjaga tatanan sosial yang damai dan harmonis. Islam pada hakikatnya adalah agama yang menjunjung tinggi kemanusiaan.
Islam Nusantara yang dituturkan Kiai Said bisa jadi solusi untuk memerbaiki citra Islam yang menjadi bulan-bulanan akhir-akhir ini. Alih-alih selalu menyalahkan pihak eksternal seperti Barat, Yahudi atau Amerika, sejatinya umat Islam selalu melakukan introspeksi dengan dirinya sendiri. Islam mana yang sejatinya merupakan pengejawantahan Islam yang rahmatan lil alamin ? Islam yang dibawa kaum wahhabi ekstrem seperti ISIS, Al-Qaeda, atau Islam ramah seperti yang dihadirkan Nusantara ?
Komentar
Posting Komentar