Langsung ke konten utama

JARINGAN SANTRI INDONESIA AJAK SEMUA PIHAK UNTUK TOLAK RADIKALISME DAN HOAX

Mataram - Mendukung munas Alim Ulama dan Konferensi Besar NU, Jaringan Santri Indonesia Tengah (JARSIT) membagikan buku secara gratis di Islamic Center, Masjid Raya Hubbul Wathan, Mataram Nusa Tenggara Barat. Kamis, (23/11).
Selain membagikan buku di tengah keramaian peserta pembukaan Munas, para santri yang tergabung dalam JARSIT ini juga membentangkan spanduk bertuliskan “tolak radikalisme dan hoax”, dan “bersama Ulama-Santri menerima dan mendukung hasil pembangunan nasional demi kemaslahatan umat.”
Jaringan Santri Indonesia Tengah bentangkan spanduk ajak kembali pada ulama dan dukung Hasil Pembangunan Nasional.
Spanduk lainnya bertulisakan “bersama ulama & santri menjaga toleransi beragama, perkokoh ukhuwah islamiyyah & wathoniyyah”, “kita satu bangsa, mari kita jaga kebhinekaan, hidup damai dan harmoni,” dan “NKRI harga mati, Pancasila sakti, Bhinrka tunggal ika jaya.”
Hal ini dilakukan sebagai bentuk dukungan untuk suksesnya Munas dan Konbes NU di NTB. Aditia Wahyudi, sebagai Kordinator JARSIT, mengatakan “ini adalah bentuk dukungan terhadap NU dan Pemerintah dalam menjalankan program-programnya, yaitu terkait menumbuhkan rasa kebangsaan, deradikalisasi agama melalui penguatan ekonomi umat.”
Untuk itu, Jaringan Santri Indonesia Tengah mendeklarasikan sikap komitmen untuk terus menyampaikan Islam dengan toleran dan berjanji menjadi yang terdepan dalam mempertahankan NKRI.
Berikut bunyi deklarasi Jaringan Santri Indonesia Tengah :
1. Kami santri Indonesia Tengah berpegang teguh pada akidah ahlusunnah waljamaah.
2. Kami santri Indonesia Tengah mengukuhkan dan memelihara Islam Wathoniah sebagai santri Indonesia Tengah.
3. Kami santri Indonesia Tengah siap berperan aktif mengamalkan nilai-nilai islam rahmatan lilalamin.
4. Kami santri Indonesia Tengah siap berperan aktif menangkal segala bentuk radikalisme.
5. Kami santri Indonesia Tengah siap berperan aktif menjaga Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
6. Kami santri Indonesia Tengah siap berperan aktif menjunjung tinggi toleransi ummat beragama.
7. Kami santri Indonesia Tengah siap menjaga khasanah keilmuan dan memelihara nilai-nilai kehidupan pondok pesantren serta bersedia menjadi pelopor pengawal muruah kiai dan ulama.
8. Kami santri Indonesia Tengah menerima dan mendukung hasil pembangunan nasional demi kemaslahatan umat.
Mataram, 24. November 2017.
Tujuan kegiatan ini, lanjut Wibisono, adalah sebagai bentuk penegasan kembali kepada publik bahwa santri sejak awal memiliki komitmen Kebangsaan, Keindonesiaan dan Keislaman.
“Mendukung pembangunan nasional dan menepis ujaran kebencian yang sering tersebar ditengah-tengah masyarakat khususnya melalui medsos,” katanya.
“Menyampaikan pesan kepada masyarakat luas bahwa Santri Indonesia mendukung pembangunan nasional yang sudah diprogramkan pemerintah,” imbuhnya.
Hal tersebut sesuai dengam tema Munas Alim Ulama & konbes NU, yaitu “Memperkokoh Nilai Kebangsaan Melalui Gerakan Deradikalisasi dan Penguatan Ekonomi Warga.”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

1.362 MW Pembangkit dari Proyek 35.000 MW Sudah Beroperasi

Program 35.000 Mega Watt (MW) yang dicanangkan oleh pemerintah terus menunjukkan perkembangan. Hingga 1 Februari 2018, tercatat pembangkit listik yang telah beroperasi adalah sebesar 1.362 MW dan yang sedang tahap konstruksi sebesar 17.116 MW. "Peningkatan ini tak lepas dari kontribusi pembangkit listrik PLN maupun Independent Power Producer (IPP)," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi dalam keterangan tertulisnya, Senin (5/3/2018). Baca juga:  Bagaimana Progres 35.000 MW Jokowi? Ini Penjelasan PLN Sejauh ini, sebesar 896 MW dari total 1.362 MW yang beroperasi dihasilkan dari IPP, sementara 466 MW dibangun oleh PT PLN (Persero). Pembangkit yang beroperasi tersebar di wilayah Sulawesi dengan total 538 MW, disusul Sumatera 455 MW, Maluku dan Papua 135 MW, Kalimantan 126 MW, sedangkan sisanya tersebar di wilayah Jawa, Bali dan Nusa Tenggara sebesar 108 MW. Lebih lanjut, Agung menambahkan saat ini sebany...

Fenomena Kaum SCBD (Sesapian-Cingkrangan-Bumi Datar)

By Apriadi Rizal Jadi gini, SCBD yang ini bukanlah Sudirman Central Business District yaitu kawasan terkenal dan mewah ditengah jantung ibukota. SCBD disini adalah mereka yang sangat mengharubirukan dunia Indonesia. Mereka adalah kaum yang selalu komen nyinyir kepada pemerintah yang sedang sibuk membangun negeri.  Mereka jugalah yang setiap hari membuat keonaran dengan alasan agama. You know lah! Cikidap, cikidap youw. (Habis goyang dengan lagu hip-hop) Jujur saya sendiri kurang tahu jelasnya mengenai sejarah tentang frase sesapian, cingkrangan, dan kaum bumi datar. Kapan mulai malang melintang didunia permediaan Indonesia. Kalau ada pembaca atau penulis lain yang bisa merangkumnya, akan sangat keren sekali. Karena akan menjadi salah satu bacaan yang sangat berguna bagi sejarah bangsa ini. Kenapa berguna? Pastinya menjadi rujukan kepada siapa saja manusia yang ingin maju. Rujukan untuk apa? Pastinya rujukan u...

TRI KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

Oleh: H. Agus (Jurnalis/Pemerhati Masalah Sosial Budaya dari Dompu, NTB) ================== Tri kerukunan umat beragama merupakan konsep yang digulirkan oleh pemerintah Indonesia dalam upaya menciptakan kehidupan masyarakat antar umat beragama yang rukun. Istilah lainnya adalah "Tri kerukunan". Kemajemukan bangsa Indonesia yang terdiri atas puluhan etnis, budaya, suku, dan agama. Membutuhkan konsep yang memungkinkan terciptanya masyarakat yang damai dan rukun. Dipungkiri atau tidak, perbedaan sangat beresiko pada kecenderungan konflik. Terutama dipacu oleh pihak-pihak yang menginginkan kekacauan di masyarakat. Perbedaan atau kebhinekaan Nusantara tidaklah diciptakan dalam satu waktu saja. Proses perjalanan manusia di muka bumi Indonesia dengan wilayah yang luas menciptakan keberagaman suku dan etnis manusia. Maka lahir pula sekian puluh kepercayaan dan agama yang berkembang di setiap suku-suku di Indonesia. Kebijakan Pemerintah Pemerintah sendiri telah menyadari resistensi ko...